Duo penyair Maluku Theoresia Rumthe dan Weslly Johannes mengetik puisi untuk Lombok (foto rudi fofid) |
Ambon, Malukupost.com - Di sudut sebuah kafe bernama Kopi Dolo, terjadi kerumunan orang muda. Paling sudut, pelukis Tessar Saiya sedang melukis wajah seorang model di hadapan dirinya. Di meja yang sama, sepasang kekasih sedang mengetik puisi pendek. Mereka adalah Weslly Johannes dan Theoresia Rumthe, dua penyair fenomenal.
Begitulah cara para muda Ambon memperlihatkan empati kepada para pengungsi korban letusan gunung Api di Lombok, Kamis (16/8) malam ini. Tessar, Weslly, dan Theoresia membuat sketsa wajah dan puisi, kepada para pengunjung kafe. Para pengunjung itu memberi sumbangan yang seluruhnya akan dikirim ke Lombok.
"Seluruh pemberian yang terkumpul akan kami kirimkan kepada saudara-saudari korban gempa di Lombok melalui Yayasan Pasir Putih, Lombok," begitu pesan yang tertulis pada poster kegiatan yang diberi nama "Lapak Empatik Untuk Lombok".
Theoresia dan Weslly adalah dua penyair yang dikenal luas melalui antologi puisi "Tempat Paling Liar di Muka Bumi' (2017), dan "Cara-Cara Tidak Kreatif Untuk Mencintai" (2018). Sedangkan Tessar adalah perupa Maluku yang pernah mengikuti Residensi Seniman Muda Indonesia Timur di Studio Hanafi, Depok. Dalam residensi itulah, Tessar bertemu Muhammad Sibawahi yang mendirikan Yayasan Pasir Putih di Lombok.
"Saya berkomunikasi dengan Siba di Lombok, dan kami bikin acara ini sebagai tanda empati kepada para korban di Lombok," kata Tessar.
Aksi solidaritas kepada para korban, sebelum ini dilakukan berbagai kelompok masyarakat. Tidak hanya di Ambon. Aksi serupa juga digelar para seniman, mahasiswa, guru, dan pelajar di Kota Tual. (Rudi Fofid/Maluku Post)