Reza Mangar dan Mika Ganobal, jumpa pertama di Pantai Siwalima Dobo. (foto dok mika) |
Dobo, Malukupost.com - Usai ibadah Minggu, 19 Agustus 2018 di Gereja Imanuel, Dobo, Mika Ganobal tidak langsung pulang ke rumah. Mika langsung memacu sepeda motor ke samping SMA PGRI di Jalan Zipur Kelurahan Siwalima.
Mika harus menempuh lorong sempit sekitar 50 meter. Tibalah dia di depan sebuah rumah sederhana, berdinding kayu dan lantai kasar beralas verlak. Mika mengetuk pintu, seorang perempuan tua ke luar. Inilah Nenek Kim. Nama lengkapnya Haniba Seligwadan. Usianya sekitar 70 tahun.
Sambil duduk di lantai, Mika langsung menyebutkan keperluannya bertemu dengan Muhammad Reza Mangar (13), cucu Nenek Kim. Mika menyampaikan, dia dan para aktivis di Aru meminta izin kepada Reza dan Nenek Kim, agar aksi Reza memanjat tiang bendera, Desember 2017 lalu, hendak disiarkan di media sosial. Semua ini terinspirasi dari bocah NTT, Yohanes Adekalla, yang melakukan aksi yang sama, dan mendapat respon positif secara luas.
"Saya kira, cucu saya itu sudah melakukan kasus apa? Saya khawatir sekali sewaktu bapak datang tadi," kata Nenek Kim.
Saat itu, Reza tidak ada di rumah. Atas petunjuk Nenek Kim, Mika kemudian pergi ke pantai. Di kawasan Pantai Siwalima, Mika mencari dari atas satu motor ikan ke motor ikan yang lain. Ada satu jam Mika naik turun motor ikan.
Akhirnya, di atas sebuah kapal motor pencari telur ikan terbang, Mika menemukan beberapa orang pria berjaga di sana. Reza ternyata sedang membersihkan kapal. Seorang kerabat cilik membantu Mika menemukan Reza dari atas kapal.
Mika mengajak Reza meninggalkan kapal, turun duduk di bibir pantai. "Masih ingat peristiwa ini?" Tanya Mika sambil memperlihatkan foto Reza sedang memanjat tiang bendera. Reza mengangguk.
"Sekarang, Reza kelas berapa?" Tanya Mika melanjutkan percakapan.
Mendengar pertanyaan itu, Reza berpaling ke laut. Dia terdiam sejenak, tapi kemudian dia angkat bicara.
"Kakak, beta seng sekolah lagi," ujar Reza.
Mika lantas menjelaskan maksud kedatangan. Dia mengajak Reza kembali ke rumah Nenek Kim. Di sanalah, di hadapan Reza dan Nenek Kim, sekali lagi Mika meminta izin menyebarkan foto Reza.
"Kami tidak menjanjikan sesuatu, tetapi semoga dengan izin Reza dan Nenek, semoga akan ada perhatian," kata Mika.
Nenek Kim hanya mengucapkan terima kasih, sedangkan Reza tidak menjawab apa-apa. Dia tidak punya ekspresi, dan hanya menatap Mika dengan pandangan kosong.
Pengalaman Mika memburu Reza di rumahnya hingga ke atas kapal pencari telur kan terbang, dituturkan kepada Maluku Post, di Ambon Selasa (22/8).
MEDIA SOSIAL
Setelah berhasil menemui Reza dan Nenek Kim di Kelurahan Siwalima, Mika kemudian pulang. Pada malam hari, Mika dan Tia Kalengkongan datang kembali. Tia dulu dikenal sebagai Komisioner KPU Kabupaten Aru. Dia telah mengumpulkan sejumlah dana dari rekan-rekan aktivis di Aru. Dana itulah yang diserahkan kepada Reza dan nenek.
Nenek Kim berkisah, pada Desember lalu, Reza pulang membawa uang Rp700 ribu. Reza menyebutkan, ada beberapa pejabat memberi dia uang karena berhasil memanjat tiang bendera. Akan tetapi, Nenek Kim tidak percaya. Tanpa sepengetahuan Reza, sang nenek pergi mencari iinformasi. Ternyata benar, Reza diberi uang oleh tiga pejabat Pemkab Aru, dan seorang anggota TNI.
Setelah pertemuan itu, dan mendapat restu sang nenek, Mika dan para aktivis di Aru melakukan promosi tentang peristiwa panjat bendera, Desember 2017. Para aktivis di Aru Yoseph Labok, Karel Ridolf Labok, Marco Raprap, Abdullah Badu, Zef Litamahuputty, Tia Kalengkongan, Maikel Koipuy, dan banyak lagi aktivis yang menyiarkan foto dan video peristiwa itu di media sosial.
Selain foto-foto dari beberapa sisi, salah satu arsip penting adalah video pendek yang memperlihatkan secara dramatis, bagaimana Reza memanjat tiang bendera. Video itu dibuat oleh Komioner KPU Kepulauan Aru Mustapa Darakay. Materi-materi ini, sebenarnya pernah dipublikasi Desember lalu, tetapi hanya beredar di kalangan terbatas. Baru kali ini, ketika dipublikasi lagi, cukup menjadi viral.
"Kami tidak persoalkan perlakuan negara terhadap bocah Joni di NTT. Kami ikut senang melihat Joni menjadi pusat perhatian. Justru Joni menjadi inspirasi bagi kami untuk memperjuangkan Reza, karena Reza melakukan hal yang sama, tetapi mendapat respon berbeda," kata Mika.
Publikasi peristiwa panjat tiang bendera melalui media sosial, ternyata kemudian mendapat respon. Trans7 dengan program Hitam Putih, mengundang Reza ke Jakarta. Panglima TNI, juga mengirim bantuan, menjanjikan beasiswa, dan menjamin prioritas tentara bagi Reza, andai dia mau jadi tentara.
"Saya bahagia, sebab tentara bisa memberi hormat kepada cucu saya," kata Nenek Kim, mengisahkan kedatangan Danramil 1503-03/Dobo Dony Masaoy, sore kemarin.
Nenek Kim berkisah, Reza adalah seorang anak yang tangguh. Nenek tidak sulit merawat Reza karena dia seorang anak yang dengar-dengaran, seperti ibu kandungnya yang sudah tiada.
Satu hal lain yang baru diungkapkan Nenek Kim dalam percakapan telepon tadi malam, Reza adalah cucu seorang pejuang. Sang kakek dari pihak ibu, adalah seorang veteran Perjuangan Trikora.
Hari Selasa (22/8), boleh jadi akan mengubah jalan hidup Reza. Buruh cilik ini, dipastikan akan mendapat kesempatan kembali ke sekolah, setelah putus di kelas 4 SD. Selain Koramil Dony Masaoy, hari ini, Mika juga akan ikut mendampingi Reza ke Jakarta. Di Jakarta, sudah ada beberapa pihak yang menunggu kedatangan Reza.
Jika Reza masuk sekolah, maka air mata Tia Kalengkongan, tentu tidak percuma. Tia memang menangis tersedu, ketika mengetahui Reza sudah putus sekolah. Kini, harapan para aktivis di Aru dan berbagai kalangan hampir jadi kenyataan. Selangkah lagi, Reza sudah jadi anak sekolah lagi. (Rudi Fofid/Malukupost)