Kepala Seksi Produksi Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Distan Malra, Marten Jaftoran di Langgur, Sabtu (4/8), menyatakan langkah tersebut merupakan gerakan moral untuk menyadarkan semua orang bahwa di Malra ada potensi yang luar biasa untuk dikembangkan di bidang pertanian yakni komoditi bawang merah.
"Selama ini kita mengkonsumsi bawang merah dari pasar di luar daerah. Gebrakan yang kita lakukan ini tujuannya untuk memberikan wacana bagi kita semua bahwa ada bawang merah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Malra," katanya.
Ia mengungkapkan, seluruh proses dan tahapan hingga bawang merah dapat dijual saat ini sudah dilalui oleh petani dan Distan Malra. Pembukaan galeri bawang merah itu dilakukan semata-mara untuk mencoba menjawab persoalan pemasaran hasil pertanian lokal.
"Tujuan utamanya juga untuk menarik perhatian pedagang-pedagang besar maupun pengecer yang ada di Malra maupun Kota Tual untuk mengambil hasil petani bawang merah di daerah ini," katanya.
Terkait kualitas dan harga, Marten mengatakan bawang merah Malra ini memiliki aroma, rasa maupun warna sangat baik, dan harga yang ditawarkan relatif murah dan di bawah harga pasar.
"Per kilogram Rp30.000," katanya.
Ia juga menyatakan pengembangan komoditi bawang merah di Malra melalui dana APBN telah membuahkan hasil dan melebihi target.
Dari 40 hektare yang ditargetkan, saat ini pengembangannya sudah mencapai 52 hektare, dan pengembangannya terus menerus dilakukan hingga ke wilayah Kei Besar.
Capaian itu karena animo masyarakat di Malra untuk pengembangan bawang merah cukup tinggi dan didukung kondisi alam yang cocok.
Mengenai kontinuitas produksi, Marten memastikan, dengan kondisi riil di lapangan stok saat ini dapat menjamin sampai dengan bulan Desember 2018, bahkan ada surplus sehingga diharapkan dapat dikirim keluar daerah.
Ia mengakui, selain persoalan pemasaran, petani juga terbentur masalah modal.
Karena itu, Distan Malra menggandeng pihak bank (BRI) maupun Credit Union (CU) Langgur untuk penyertaan modal kepada petani.
Saat ini ada tiga sentra pengembangan bawang merah di Malra yakni Ohoi Abean Kamear, Abean Yafafun, dan Ohoi Abean Watngon, dengan jumlah petani 75-100 kepala keluarga.
"Saya optimis, jika pengembangan terus dan menjadi komoditi hortikultura lokal unggulan, maka terbuka lapangan yang banyak di bidang ini," kata Marten. (MP-3)