Pelaksanaan tradisi pukul sapu dilaksanakan secara bersamaan di kedua Negeri tersebut, Dimana pada Negeri Mamala dibuka langsung oleh Gubernur Maluku, Said Assagaff dan Negeri Morela dibuka oleh Wakil Gubernur (Wagub) Maluku, Zeth Sahuburua.
Sahuburua dalam sambutannya mengatakan, bertahannya tradisi adat Pukul Manyapu di tengah gempuran arus modernisasi, pertanda Pemerintah Negeri Mamala maupun Negeri Morella dan masyarakat adat yang ada, memiliki ketahanan dan kekompakan dalam menjaga serta merawat praktek-praktek adat tersebut.
Karena itu dirinya secara tegas mengintruksikan kepada Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Maluku, untuk memperhatikan eksistensi acara ini dengan serius. Termasuk memberikan dukungan berbagai hal yang diperlukan, agar acara ini tetap berjalan dengan baik.
"Bahkan jika ada kebutuhan yang berkaitan dengan acara ini, saya berharap agar segera direspon dengan cepat oleh Dinas Pariwisata Provinsi Maluku," tegasnya.
Menurut Sahuburua, Adat Pukul Manyapu sendiri merupakan perwujudan dan pertanda bahwa agama dan adat tetap dihormati dan dihargai. Dimana Maluku sebagai negeri Al-Mulukh atau negeri raja-raja, tentunya menyimpan kekayaan adat budaya yang melimpah.
"Agama dan adat memiliki nilai-nilai yang luhur dan universal, sambil tetap melakukan transformasi yang tepat. Seperti ada ungkapan 'Adat Bersendikan Syara. Syara bersendikan Kitabullah," ungkapnya.
Sahuburua katakan, Adat dan budaya itu, patut dirawat dan dilestarikan sebagai pusaka hidup dari generasi ke generasi. Negeri Mamala dan negeri-negeri di Jazirah Leihitu, memiliki tradisi dan adat yang patut diapresiasi oleh kita semua.
“Berbagai potensi wisata yang ada di Maluku, akan terus dikembangkan, sehingga Maluku menjadi destinasi wisata yang diidam-idamkan oleh wisatawan domestik maupun mancanegara,” tandasnya.
Berdasarkan pantauan malukupost.com, pembukaan tradisi adat pukul sapu ini ditandai dengan penambatan obor oleh Wakil Gubernur Maluku, didampingi Pangdam XVI Pattimura, Dankor Brimob RI, Murad Ismail, Wakapolda Maluku, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dan Raja Negeri Morela.
Selain itu, mereka pun menyempatkan diri untuk melakukan uji coba pukul sapu pada sejumlah peserta pukul sapu yang berasal dari Negeri Morela dilanjutkan dengan melakukan pengibatan luka akibat irisan sapu lidi oleh obat tradisional yang telah dipercayai secara turun-temurun. (MP-8)