Official Arrow FC Dinilai Kekanak-kanakan

Buntut Dikritk Media Karena Gagal Di LFN


Ambon, Malukupost.com - Beberapa ofisial Arrow FC dinilai kekanak-kanakan, kurang sportif dan kebakaran jenggot di balik pemberitaan media massa yang memaparkan sisi buruk kegagalan tim berhomebase di Lateri, Kelurahan Lateri, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Maluku, menembusi Liga Pro Futsal setelah ditekuk 9-4 oleh APK Kalimantan Timur di babak perempatfinal Liga Futsal Nusantara (LFN) 2016 di GOR Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 7 Januari 2017 lalu. Para penanggung jawab teknis tim lantas menyalahkan tim lain yang dituding mencibir kegagalan Arrow FC yang sejauh ini sudah ditopang pendanaan oleh Pemerintah Kota Ambon sebelum keberangkatan ke Jatinangor, Jawa Barat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada istilah yang menyebutkan ’Liga Rujak’ terhadap klub-klub yang pernah membela Maluku di Seri B Nasional, yakni Trigen Ambon FC, Benteng Putra FC, dan Lorihua FC. Padahal untuk diketahui, sebelumnya Arrow FC disanksi Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Maluku tidak boleh berlaga di sepakbola dan futsal lantaran manajemen klub ini tidak bersedia mengembalikan piala bergilir Liga Nusantara 2014 yang direbut di Lapangan Sepakbola Yonif 733 Raider di Waiheru, Kecamatan Teluk Ambon.
Ambon, Malukupost.com - Beberapa official Arrow FC dinilai kekanak-kanakan, kurang sportif dan kebakaran jenggot di balik pemberitaan media massa yang memaparkan sisi buruk kegagalan tim berhomebase di Lateri, Kelurahan Lateri, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Maluku, menembusi Liga Pro Futsal setelah ditekuk 9-4 oleh APK Kalimantan Timur di babak perempat final Liga Futsal Nusantara (LFN) 2016 di GOR Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, 7 Januari 2017 lalu.

Para penanggung jawab teknis tim lantas menyalahkan tim lain yang dituding mencibir kegagalan Arrow FC yang sejauh ini sudah ditopang pendanaan oleh Pemerintah Kota Ambon sebelum keberangkatan ke Jatinangor, Jawa Barat.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, ada istilah yang menyebutkan ’Liga Rujak’ terhadap klub-klub yang pernah membela Maluku di Seri B Nasional, yakni Trigen Ambon FC, Benteng Putra FC, dan Lorihua FC. Padahal untuk diketahui, sebelumnya Arrow FC disanksi Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Maluku tidak boleh berlaga di sepakbola dan futsal lantaran manajemen klub ini tidak bersedia mengembalikan piala bergilir Liga Nusantara 2014 yang direbut di Lapangan Sepakbola Yonif 733 Raider di Waiheru, Kecamatan Teluk Ambon.

Awalnya tim yang dibentuk dalam pertandingan di Lapangan HKFC Tantui disebut Tim Maluku. Tetapi masuk partai akhir, namanya kemudian berganti menjadi Arrow FC atas inisiatif Edy Kailuhu sebagai Sekjen Asosiasi Futsal Provinsi Maluku. Secara prosedural, seharusnya kontestan yang mewakili Maluku di LFN 2016 bukan Arrow FC, tetapi tim Maluku FC.

Oleh karena itu, Arrow FC kemudian dicibir praktisi futsal lahir dari ’Liga Ayam Lalapan’ karena seluruh partai pertandingan dihelat di dekat pusat perbelanjaan Maluku City Mall (MCM) di Tantui, Pandan Kasturi, Kecamatan Sirimau, yang banyak dijajakan ayam lalapan.

Menyangkut kapasitas kepelatihan Oei Sianatra Wijaya yang kabarnya berlisensi A AFC patut dipertanyakan kualitasnya. Pertama, OSW merupakan pelatih Eagles FC yang berlaga di kejuaraan My Futsal International di Jakarta beberapa waktu lalu. Kedua, selain OSW juga ada Devan Simatauw yang sama-sama pernah mengikuti kursus lisensi A AFC di Jawa.

Ironisnya, Arrow FC selama ini juga ikut dibesarkan dari pemain-pemain dari klub-klub futsal lain, seperti Trigen Ambon, Eagles, Dinasty, Jong Hasa, dan lainnya.

“Kegagalan Arrow FC harus diterima dengan lapang dada, harus sportiflah, jangan mengambinghitamkan orang atau klub lain. Kalau mau maju harus seperti itu, siap dikritik karena gagal,” kritik pemerhati olahraga Kamarudin Bolat kepada Malukupost.com melalui ponselnya, Rabu (11/1).

Bolat mengimbau manajemen Arrow tetap berbesar hati dan sedapat mungkin mengevaluasi kegagalan agar dapat meraih kesuksesan di masa mendatang.

“Jangan berkomentar dan menuding orang lain. Sadar diri dan berkaca mata, jangan merasa diri kita saja yang lebih mampu dan lebih tahu banyak dari orang lain. Ini budaya kita di Maluku yang sangat keliru. Kalau mau maju, ya terima kritikan dengan besar jiwa, jangan kebakaran jenggot karena dikritik media,” pungkasnya. (MP-9/MP-13)

Subscribe to receive free email updates: