Informasi tentang rencana makar juga diterima dan diselidiki oleh Polri.
Jenderal Gatot Nurmantyo menjelaskan, informasi dari ulama tersebut bisa dipercaya.
" Seorang ulama besar mencium adanya penggulingan dan memberi tahu saya," kata Gatot saat ditemui di kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Kamis (24/11).
Gatot menjelaskan bahwa massa yang akan kembali berunjuk rasa bakal mengusung isu yang berbeda.
Jika sebelumnya mereka menuntut proses hukum terhadap calon gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok atas dugaan penistaan agama, maka pada aksi yang akan datang, pengunjuk rasa akan menuntut penurunan pejabat yang dianggap melindungi Ahok.
" Di media sosial kan sudah ramai yang berbicara seperti itu. Nah kami mengharapkan itu tidak terjadi sama sekali," kata Gatot. Di media sosial, Presiden Joko Widodo dianggap melindungi Basuki Tjahaja Purnama.
Sebelumnya, Gatot juga mengatakan, pernyataan Kapolri tentang adanya upaya makar, bukanlah pernyataan mengada-ada.
Panglima TNI percaya bahwa Kapolri tidak asal bicara soal upaya makar dalam aksi 25 November 2015.
Ia yakin bahwa pernyataan itu sudah berbasiskan data dan informasi yang kuat.
" Semua yang disampaikan (Kapolri) pasti berdasarkan informasi yang ada," kata Gatot di kampus Universitas Padjajdjaran, Bandung, Jabar, Rabu (23/11).
Gatot menambahkan, ada kemungkinan pergerakan massa dalam jumlah besar pada demonstrasi di Jakarta, baik 25 November ataupun 2 Desember 2016, dimanfaatkan pihak-pihak tertentu untuk membuat kondisi keamanan Indonesia bergejolak.
Ia tidak mempermasalahkan adanya unjuk rasa.
Namun, ia mengingatkan bahwa jumlah massa yang besar cenderung tidak berkepribadian dan mudah berubah.
Gatot juga mendukung Kapolri melarang shalat Jumat di jalan raya pada aksi 2 Desember 2016.
Menurut Gatot, hal itu dapat menyusahkan masyarakat yang membutuhkan penanganan gawat darurat.
" Sebagai umat beragama, kan ada masjid. Bayangkan di jalan ada orang hamil mau melahirkan karena tidak bisa lewat situ melahirkan di jalan, tidak tertolong, siapa yang tanggung jawab. Ada yang sakit jantung atau ada yang mau transaksi, ekonomi terhambat, tidak bergerak. Seharusnya selalu berpikir seperti itu," katanya.
Gatot juga mengatakan, aksi massa 4 November lalu membuat Indonesia dipuji sebagai adalah bangsa yang mayoritas muslim dan sangat indah.
" Maka, mari tunjukkan Indonesia seperti yang telah dikenal dunia yakni damai, indah dan tertib," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menyatakan akan ada upaya makar pada rencana aksi 25 November atau hari Jumat ini.
Rencananya, akan ada unjuk rasa di DPR lalu pengunjuk rasa menguasai DPR dan melengserkan Presiden Joko Widodo.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Kombes Rikwanto menjelaskan, pernyataan Kapolri tersebut didasarkan pada laporan intelijen.
" Pak Kapolri mendapat data dari penelusuran dan laporan intelijen yang mendalam. Disinyalir ada upaya ke arah sana," papar Rikwanto di Mabes Polri di Jakarta Selatan, Kamis siang.
Rikwanto melanjutkan sudah ada beberapa pihak yang diduga hendak melakukan makar. Namun dia tak bersedia mengungkap identitas mereka.
" Kalau siapa yang diduga, pasti ada. Sampai sekarang penyelidikan tetap berjalan," katanya.
Badan Reserse Kriminal Polri juga tengah menyelidiki dugaan makar di balik aksi Jumat (25/11).
Kepala Bareskrim Komjen Ari Dono mengaku telah menerima dari seorang pelapor yang identitasnya dirahasiakan soal adanya upaya makar tersebut.
Ari Dono menjelaskan upaya makar tersebut sudah jelas dan semua pihak bisa melihat.
Meski begitu proses penyelidikan tetap harus dilalui.
" Semuanya itu kan jelas, nyata, semua bisa melihat dan mendengar. Tapi kan tetap prosesnya sama, penyelidikan dulu," katanya. (bin/tribunews)