Suami dan keluarga korban berharap pelaku pembunuhan yakni Jumardi 22 yang tak lain tetangga korban sendiri di Desa Mattiro Bulu. yang kini sudah ditangkap pihak kepolisian, dijatuhi hukuman mati, lantaran telah menghilangkan dua nyawa sekaligus.
Aksi sadis Jumardi berlangsung pada Jumat 21 Oktober 2016 dini hari, saat Harnisa 35 tahun sedang tertidur di rumah bersama putri bungsunya Nursafiqah 4 tahun dan putri pertamanya Nur Asiqin. Sementara sang suami, yakni Syahrul baru dua hari berangkat dari Bone untuk merantau di Berau, Kalimantan.
Harnisa dan Nursafiqah meninggal dengan sejumlah luka tusuk di tubuh dan jasadnya dibakar oleh pelaku bersama dengan rumahnya. Sementara Nur Asiqin, anak korban yang selamat saat ini masih masih menjalani perawatan intesif di Puskesmas Libureng akibat luka sabetan parang dan luka bakar pada tubuhnya.
"Kami harap, pelaku dihukum seberat-beratnya. Dihukum mati. Perbuatannya sungguh keji dan biadab. Saya tidak pernah menyangka kalau dia (pelaku) tetangga saya tega berbuat seperti itu," ujar Syahrul saat ditemui Bonepos.com, di Puskesmas Libureng, Selasa 25 Oktober 2016.
Lebih jauh Syahrul mengatakan bahwa sebenarnya tindakan Jumardi itu sudah direncanakan sebelumnya. Pasalnya, sebelum pembunuhan berlangsung, Jumardi sudah melakukan pengintaian, dimana dia melakukan aksi keji itu disaat dirinya baru saja berangkat ke Kalimantan.
"Dia telah membunuh dua orang sekaligus. Istri saya, putri saya. Untungnya anak pertama saya selamat dari pembunuhan itu, andai kata tidak maka tidak ada lagi harapan saya. Belum lagi anak saya trauma, karena setiap malam dia mengigau memanggil Ibu dan Adiknya," tambahnya.
Syahrul menuturkan, berita duka terkait kematian istri dan anaknya itu diketahuinya pada saat dirinya turun dari tangga kapal laut yang di tumpanginya menuju Berau, Kalimantan, dimana pada saat itu dia mendapat telefon dari keluarganya di Bone.
"Saat itu saya baru turun dari tangga kapal, tiba-tiba Hpku berdering, setelah saya angkat dan mendengar kabar itu saya langsung terdiam, jiwa saya kosong dan saya menangis dan bergegas mencari tiket pesawat untuk pulang ke Makassar," ungkapnya.
Sebenarnya lanjut Syahrul, dia memiliki firasat kalau bakal terjadi sesuatu pada keluarga tercintanya itu, dimana pada saat dia mau turun dari tangga rumahnya, dia melihat tetesan darah pada anak tangga yang dilaluinya. Hanya saja pada saat itu dia berserah dan menitipkan keluarganya pada yang Maha Kuasa.
"Saya sempat lihat ada tetesan darah di tangga, saya sempat punya firasat, dihati kecil saya berkata akan terjadi sesuai, tapi saat itu, saya berserah kepada Tuhan, untuk menjaga keluarga saya," ujarnya.
Dengan adanya peristiwa memilukan itu, selain pelaku mendapat hukuman mati, satu-satunya harapan Syahrul adalah melihat buah hatinya itu sembuh total dan bisa kembali terseyum ceria seperti sedia kala, karena istri dan anak bungsunya itu sudah pergi untuk selama-lamanya.
PEWARTA : AMRY AMAS
EDITOR : RISWAN
COPYRIGHT © BONEPOS 2016