BI Maluku Gelar Seminar Kewirausahaan

Ambon, Malukupost.com - Pimpinan Bank Indonesia (BI) berharap peserta seminar dapat berdiskusi secara aktif dan konstruktif, serta pertukaran informasi dan pandangan guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang kewirausahaan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Kami memandang kehadiran para pelaku usaha sebagai pembicara dalam seminar ini akan memberi warna tersendiri bagi semua peserta," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas saat membuka seminar kewirausahaan, di Ambon, Kamis (6/10). Seminar yang berlangsung sehari, katanya, tidak hanya menyangkut teori saja, tetapi juga menjadi ajang berbagi pengalaman para pelaku usaha dalam merintis usahanya. Menurutnya, memasuki triwulan IV Tahun 2016, kondisi perekonomian Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak ringan dan bisa mengejutkan baik yang datang dari eksternal, global maupun domestik. Kondisi perekonomian global saat ini ditandai dengan pertumbuhan yang cenderung bias ke bawah, disertai dengan masih tingginya resiko di pasar keuangan global. "Ekonomi dunia yang semula diproyeksikan dapat tumbuh 3,5 persen, tetapi sesuai perkembangan terakhir harus terkoreksi menjadi hanya tiga persen atau lebih rendah dari realisasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 3,1 persen," ujarnya. Begitu pun pemulihan ekonomi dunia juga masih dibayangi resiko menurunnya harga komoditas, meski saat ini mulai menunjukkan penguatan. "Bagi negara yang perekonomiannya bertumpu pada komoditas mentah seperti Indonesia, tentu hal ini menyiratkan pesan bahwa tantangan pemulihan ekonomi ke depan masih akan melalui jalan yang terjal," ujarnya. Perekonomian Indonesia masih diwarnai dengan pertumbuhan yang melambat, pertumbuhan kredit yang masih rendah dengan diikuti resiko peningkatan kredit bermasalah, serta keraguan terhadap kemampuan APBN dalam membiayai belanja Pemerintah. Selain itu transaksi berjalan dan fiskal mengalami defisit, utang luar negeri mengalami kenaikan, serta tekanan depresiasi rupiah akibat ketidakpastian kenaikan suku bunga kebijakan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate). Menghadapi tantangan tersebut BI melalui kebijakannya akan mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. "Berbagai upaya dilakukan BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkelanjutan dan inklusif yang diiringi dengan langkah-langkah diperlukan untuk memitigasi potensi risiko yang bisa datang dari berbagai sumber dan dapat mengganggu stabilitas perekonomian Indonesia," ujarnya. Seminar tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari rangkaian Pekan Edukasi Syariah dan kewirausahaan 2016 yang merupakan inisiasi dari Pemerintah Daerah, BI, Perbankan, Kadin, Akademisi, serta berbagai kalangan lainnya di Provinsi Maluku. Seminar yang diikuti ratusan wirausaha di Maluku menghadirkan tiga pembicara utama yakni Sally Giovanny pendiri Batik Trusmi Cirebon, Yana Hawi Arifin CEO Keripik Karahun serta Wini Purwanti dari Departemen Pengembangan UMKM- Bank Indonesia. (MP-3)
Ambon, Malukupost.com - Pimpinan Bank Indonesia (BI) berharap peserta seminar dapat berdiskusi secara aktif dan konstruktif, serta pertukaran informasi dan pandangan guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang kewirausahaan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Kami memandang kehadiran para pelaku usaha sebagai pembicara dalam seminar ini akan memberi warna tersendiri bagi semua peserta," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ronald Waas saat membuka seminar kewirausahaan, di Ambon, Kamis (6/10).

Seminar yang berlangsung sehari, katanya, tidak hanya menyangkut teori saja, tetapi juga menjadi ajang berbagi pengalaman para pelaku usaha dalam merintis usahanya.

Menurutnya, memasuki triwulan IV Tahun 2016, kondisi perekonomian Indonesia masih dihadapkan pada berbagai tantangan yang tidak ringan dan bisa mengejutkan baik yang datang dari eksternal, global maupun domestik.

Kondisi perekonomian global saat ini ditandai dengan pertumbuhan yang cenderung bias ke bawah, disertai dengan masih tingginya resiko di pasar keuangan global.

"Ekonomi dunia yang semula diproyeksikan dapat tumbuh 3,5 persen, tetapi sesuai perkembangan terakhir harus terkoreksi menjadi hanya tiga persen atau lebih rendah dari realisasi pertumbuhan tahun lalu sebesar 3,1 persen," ujarnya.

Begitu pun pemulihan ekonomi dunia juga masih dibayangi resiko menurunnya harga komoditas, meski saat ini mulai menunjukkan penguatan.

"Bagi negara yang perekonomiannya bertumpu pada komoditas mentah seperti Indonesia, tentu hal ini menyiratkan pesan bahwa tantangan pemulihan ekonomi ke depan masih akan melalui jalan yang terjal," ujarnya.

Perekonomian Indonesia masih diwarnai dengan pertumbuhan yang melambat, pertumbuhan kredit yang masih rendah dengan diikuti resiko peningkatan kredit bermasalah, serta keraguan terhadap kemampuan APBN dalam membiayai belanja Pemerintah.

Selain itu transaksi berjalan dan fiskal mengalami defisit, utang luar negeri mengalami kenaikan, serta tekanan depresiasi rupiah akibat ketidakpastian kenaikan suku bunga kebijakan Bank Sentral Amerika (Fed Fund Rate).

Menghadapi tantangan tersebut BI melalui kebijakannya akan mengutamakan stabilitas ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Berbagai upaya dilakukan BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkelanjutan dan inklusif yang diiringi dengan langkah-langkah diperlukan untuk memitigasi potensi risiko yang bisa datang dari berbagai sumber dan dapat mengganggu stabilitas perekonomian Indonesia," ujarnya.

Seminar tersebut, lanjutnya, merupakan bagian dari rangkaian Pekan Edukasi Syariah dan kewirausahaan 2016 yang merupakan inisiasi dari Pemerintah Daerah, BI, Perbankan, Kadin, Akademisi, serta berbagai kalangan lainnya di Provinsi Maluku.

Seminar yang diikuti ratusan wirausaha di Maluku menghadirkan tiga pembicara utama yakni Sally Giovanny pendiri Batik Trusmi Cirebon, Yana Hawi Arifin CEO Keripik Karahun serta Wini Purwanti dari Departemen Pengembangan UMKM- Bank Indonesia. (MP-3)

Subscribe to receive free email updates: