Wartawan Harus Peduli Masalah Lingkungan

Ambon, Malukupost.com - Direktur Eksekutif Lembaga Pendidikan Dr Soetomo (LPDS), Priyambodo RH, menegaskan, wartawan di Tanah Air harus memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan dan perubahan iklim "Wartawan juga dituntut memiliki kepekaan tentang masalah-masalah lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi di daerahnya sehingga bisa memberikan informasi dan pendidikan kepada publik," kata Priyambodo saat membuka lokakarya Meliput Perubahan Iklim bagi para wartawan di Kota Ambon, Selasa (27/9). Menurut dia, saat ini sangat sedikit multimedia massa yang menempatkan isu perubahan iklim atau pun lingkungan hidup sebagai tema peliputan dan tidak banyak perusahaan pers yang produknya memiliki halaman, kanal atau program khusus mengenai peliputan lingkungan hidup dan perubahan iklim. Kalaupun ada isu mengenai dampak lingkungan hidup, pers nasional lebih banyak memberitakan setelah dampak terjadi, misalnya kebakaran hutan, kebanjiran, tanah longsor, gagal panen dan pembalakan kayu secara liar. "Padahal, pers dalam fungsinya memberikan informasi dan pendidikan kepada publik, maka sewajarnya juga menyampaikan bagaimana upaya masyarakat mencegah masalah berkaitan dengan dampak perubahan iklim," katanya. Karena itu, lokakarya yang berlangsung hingga 28 September tersebut merupakan salah satu langkah terobosan yang dilakukan pusat pendidikan jurnalistik di Jakarta yang didirikan Dewan Pers ingin mengajak wartawan dan perusahaan pers lebih peduli terhadap isu khusus yang dampaknya sudah cukup lama dirasakan masyarakat luas, seperti naiknya permukaan laut, perubahan pola musim tanam dan cuaca tidak menentu. Tujuan utama lokakarya yakni meningkatkan pemahaman dan pengetahuan wartawan tentang isu lingkungan perubahan iklim yang terjadi di Tanah Air. Lokakarya yang didukung Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia dan mitra lokal serta media pers daerah tersebut telah diselenggarakan sebanyak lima kali sepanjang tahun berjalan, tetapi dengan tema atau yang berbeda. "Khusus di Ambon isu yang dibicarakan adalah perubahan iklim. Kami sengaja memilih isu khusus untuk meningkatkan kepedulian para wartawan sekaligus meningkatkan pengetahuan tentang isu perubahan iklim tersebut," ujarnya. Dia berharap para wartawan di Ambon maupun Maluku secara umum, dapat memahami dan mengetahui latar belakang perubahan iklim, sehingga penulisannya tidak sekedar melihat kasus setelah ada kejadian, tetapi bagaimana membangun kesadaran bersama untuk mengatasinya. Lokakarya tersebut menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya Ir. Achmad Gunawan, MAS (Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Novanda Risakotta (Badan Lingkungan Hidup Kota Ambon, Marthin Haullussy (Direktur Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat Niaga-ARMAN), dan Nabiha Shahab (Kandidat Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia). Achmad Gunawan akan menyampaikan materi tentang pemahaman dasar perubahan iklim, pentingnya penguatan kapasitas dan tantangannya, Novanda Risakotta mengupas tentang penanganan perubahan iklim di Ambon dan Maluku. Direktur Yayasan ARMAN, Marthin Haullussy tentang Maluku dalam bayang-bayang perubahan iklim, Nabiha Shahab membawakan materi Catatan Meliput Perubahan Iklim dengan contoh kasus di Kepulauan Kei dan Aru, sedangkan staf pengajar LPDS, Warief Djajanto Basorie membawakan materi menulis efektif perubahan iklim. Lokakarya Meliput Perubahan Iklim merupakan kerja sama LPDS dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia untuk tahun ketujuh. Sebelumnya, Kota Ambon pernah menjadi lokasi lokakarya pemahaman kode etik jurnalistik (KEJ) dan peliputan di wilayah konflik yang diselenggarakan LPDS dengan dukungan Kedubes Kerajaan Norwegia. Priyambodo menambahkan, alumni lokakarya yang aktif berkarya jurnalistik berpeluang mendapatkan jatah meliput ke daerah lain di luar provinsinya. Dua alumni yang meraih juara lomba karya jurnalistik pada 2015 yaitu Helti Marini Sipayung (LKBN Antara) dan Firmansyah (Kompas.com) mendapat hadiah tiket dan akomodasi meliput Konperensi Para Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (COP) 21 di Paris, Prancis. (MP-5)
Ambon, Malukupost.com - Direktur Eksekutif Lembaga Pendidikan Dr Soetomo (LPDS), Priyambodo RH, menegaskan, wartawan di Tanah Air harus memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan dan perubahan iklim "Wartawan juga dituntut memiliki kepekaan tentang masalah-masalah lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi di daerahnya sehingga bisa memberikan informasi dan pendidikan kepada publik," kata Priyambodo saat membuka lokakarya Meliput Perubahan Iklim bagi para wartawan di Kota Ambon, Selasa (27/9).

Menurut dia, saat ini sangat sedikit multimedia massa yang menempatkan isu perubahan iklim atau pun lingkungan hidup sebagai tema peliputan dan tidak banyak perusahaan pers yang produknya memiliki halaman, kanal atau program khusus mengenai peliputan lingkungan hidup dan perubahan iklim.

Kalaupun ada isu mengenai dampak lingkungan hidup, pers nasional lebih banyak memberitakan setelah dampak terjadi, misalnya kebakaran hutan, kebanjiran, tanah longsor, gagal panen dan pembalakan kayu secara liar.

"Padahal, pers dalam fungsinya memberikan informasi dan pendidikan kepada publik, maka sewajarnya juga menyampaikan bagaimana upaya masyarakat mencegah masalah berkaitan dengan dampak perubahan iklim," katanya.

Karena itu, lokakarya yang berlangsung hingga 28 September tersebut merupakan salah satu langkah terobosan yang dilakukan pusat pendidikan jurnalistik di Jakarta yang didirikan Dewan Pers ingin mengajak wartawan dan perusahaan pers lebih peduli terhadap isu khusus yang dampaknya sudah cukup lama dirasakan masyarakat luas, seperti naiknya permukaan laut, perubahan pola musim tanam dan cuaca tidak menentu.

Tujuan utama lokakarya yakni meningkatkan pemahaman dan pengetahuan wartawan tentang isu lingkungan perubahan iklim yang terjadi di Tanah Air.

Lokakarya yang didukung Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia dan mitra lokal serta media pers daerah tersebut telah diselenggarakan sebanyak lima kali sepanjang tahun berjalan, tetapi dengan tema atau yang berbeda.

"Khusus di Ambon isu yang dibicarakan adalah perubahan iklim. Kami sengaja memilih isu khusus untuk meningkatkan kepedulian para wartawan sekaligus meningkatkan pengetahuan tentang isu perubahan iklim tersebut," ujarnya.

Dia berharap para wartawan di Ambon maupun Maluku secara umum, dapat memahami dan mengetahui latar belakang perubahan iklim, sehingga penulisannya tidak sekedar melihat kasus setelah ada kejadian, tetapi bagaimana membangun kesadaran bersama untuk mengatasinya.

Lokakarya tersebut menghadirkan sejumlah pembicara diantaranya Ir. Achmad Gunawan, MAS (Direktur Mobilisasi Sumberdaya Sektoral dan Regional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Novanda Risakotta (Badan Lingkungan Hidup Kota Ambon, Marthin Haullussy (Direktur Yayasan Pengembangan Alam Raya dan Masyarakat Niaga-ARMAN), dan Nabiha Shahab (Kandidat Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia).

Achmad Gunawan akan menyampaikan materi tentang pemahaman dasar perubahan iklim, pentingnya penguatan kapasitas dan tantangannya, Novanda Risakotta mengupas tentang penanganan perubahan iklim di Ambon dan Maluku.

Direktur Yayasan ARMAN, Marthin Haullussy tentang Maluku dalam bayang-bayang perubahan iklim, Nabiha Shahab membawakan materi Catatan Meliput Perubahan Iklim dengan contoh kasus di Kepulauan Kei dan Aru, sedangkan staf pengajar LPDS, Warief Djajanto Basorie membawakan materi menulis efektif perubahan iklim.

Lokakarya Meliput Perubahan Iklim merupakan kerja sama LPDS dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia untuk tahun ketujuh.

Sebelumnya, Kota Ambon pernah menjadi lokasi lokakarya pemahaman kode etik jurnalistik (KEJ) dan peliputan di wilayah konflik yang diselenggarakan LPDS dengan dukungan Kedubes Kerajaan Norwegia.

Priyambodo menambahkan, alumni lokakarya yang aktif berkarya jurnalistik berpeluang mendapatkan jatah meliput ke daerah lain di luar provinsinya.

Dua alumni yang meraih juara lomba karya jurnalistik pada 2015 yaitu Helti Marini Sipayung (LKBN Antara) dan Firmansyah (Kompas.com) mendapat hadiah tiket dan akomodasi meliput Konperensi Para Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perubahan Iklim (COP) 21 di Paris, Prancis. (MP-5)

Subscribe to receive free email updates: