Pesawat tempur Jet Sukhoi SU-35 yang beratraksi di udara Kota Palu (Istimewa) |
Palu, Jurnalsulteng.com - Atraksi tunggal sebuah jet tempur andalan Indonesi, Sukhoi SU-35 menandai dimulainya upacara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-38 Kota Palu, 27 September 2016 yang dipimpin Gubernur Sulawesi Tengah Drs H Longki Djanggola.
Pesawat tempur buatan Russia yang berpangkalan di Bandar Udara Hasanuddin Makassar itu khusus terbang ke Kota Palu untuk memeriahkan hari jadi ibu kota Sulawesi Tengah ini.
Baru sekira dua menit Gubernur Longki Djanggola duduk di kursi VVIP, pesawat tempur berawak dua orang itu melintas sangat rendah di atas lapangan upacara halaman Kantor Wali Kota Palu.
Sekira 3.000 orang yang hadir umumnya terkejut dengan gelegar bunyi pesawat tempur berawak dua orang itu, sementara alarm mobil-mobil yang menggunakan kunci remote-control yang di park sekeliling Balai Kota langsung berbunyi bersahut-sahutan sehingga situasi terdengar sangat riuh-rendah.
Setelah beberapa kali atraksi seperti terbang tegak lurus, memutar-mutarkan badan pesawat dan beberapa kali terbang sangat rendah di atas lapangan upacara, pesawat temput itu kemudian meninggalkan Kota Palu setelah mengirim pesan ke peserta upacara lewat kockpit pesawat mengucapkan Selamat Ulang Tahun kepada pemerintah dan masyarakat Kota Palu.
Lalulintas jet tempur dengan bebetapa manuver penghormatan di atas udara tersebut membuat sebagian peserta dan undangan upacara keluar tenda menyaksikan atraksi jet tempur super cepat itu.
Atraksi sukhoi tersebut ditutup dengan ucapan selamat dengan simbol asap putih yang dikeluarkan dari pesawat serta komunikasi langsung pilot penerbang dengan komandan Lanud Hasanuddin di lokasi upacara melalui pengeras suara.
Antraksi tersebut juga mengejutkan masyarakat Kota Palu karena terbang rendah sehingga sempat menggetarkan atap rumah penduduk.
Peringatan HUT Kota Palu kali ini dimeriahkan berbagai kegiatan antara lain parade kebudayaan dari perwakilan berbagai etnis se-nusantara dan Sulteng yang sudah puluhan tahun mendiami Kota Palu seperti etnis Bali, Jawa, Lombok, Bugis, Gorontalo dan Toraja, serta sejumlah etnis di Sulteng seperti Kaili, Mori, Pamona, Dampelas, dan Tolitoli.
Para peserta upacara juga dipukau dengan penampilan drum band SMA Negeri 7 Palu serta Tari Pamonte yang dimainkan ratusan penari diiringi penabuhan 'gimba' dan penipuan 'lalove', dua alat musik tradisional suku Kaili. (***)
Source; Antara