Amahai – Ihamahu Gelar Pasawari Dan Panas Pela

Gubernur: Pela Gandong Modal Sosial Kultural Masyarakat Maluku



Amahai, Malukupost.com - Ikatan pela yang telah berakar sejak dahulu kala di dalam tatanan kehidupan masyarakat Maluku merupakan gambaran jelas tingginya peradaban di Maluku yang menjunjung nilai etika dan kebersamaan serta persaudaraan. Demikian ditegaskan Upulatu Maluku (Gubernur Maluku), Said Assagaf dalam sambutannya pada acara Pasawari dan Panas Pela antara Negeri Amahai dan Ihamahu yang digelar Kamis (29/9) di Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Menurut Assagaff, hubungan pela gandong di Maluku yang telah ada sejak jaman datuk-datuk merupakan modal sosial kultural masyarakat Maluku yang tidak dimiliki daerah lain. “Hubungan pela yang dibangun di Maluku bukan saja berdasarkan ikatan budaya, akan tetapi juga ikatan pela gandong di Maluku juga dibangun berdasarkan ikatan agama,“ ungkapnya. Dijelaskan Assagaff, hubungan pela dan gandong di Maluku mampu menebus keanekaragaman suku dan agama yang ada di provinsi seribu pulau ini. Dan hal ini merupakan bukti otentik budaya religius masyarakat Maluku untuk mempererat hubungan persaudaraan. “Hubungan pela ini juga menggambarkan betapa masyarakat Maluku menjunjung tinggi kolektivitas yang tercermin dalam budaya ataupun kerja Siwalima,“ tandasnya. Assagaff menambahkan, nilai-nilai dan kesakralan adat dan budaya pela gandong janganlah berdistorsi dengan budaya asing. Olehnya itu perlu adanya kerja sama semua pihak dalam melestarikan adat dan budaya pela gandong di Maluku. Sementara itu, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan event Pasawari dan Panas Pela dua negeri yakni Amahai dan Ihamahu. “Event ini bukan saja memberikan pesan adat dan budaya kepada kita sekalian, akan tetapi juga memberikan pesan moral bagi kita akan pentingnya kebersamaan dan hidup orang basudara. Olehnya itu, event ini haruslah dikembangkan dan dijadikan sebagai objek wisata religius di Maluku Tengah,“ pungkas Tuasikal. (MP-03)
Amahai, Malukupost.com - Ikatan pela yang telah berakar sejak dahulu kala di dalam tatanan kehidupan masyarakat Maluku merupakan gambaran jelas tingginya peradaban di Maluku yang menjunjung nilai etika dan kebersamaan serta persaudaraan. Demikian ditegaskan Upulatu Maluku (Gubernur Maluku), Said Assagaf dalam sambutannya pada acara Pasawari dan Panas Pela antara Negeri Amahai dan Ihamahu yang digelar Kamis (29/9) di Amahai, Kabupaten Maluku Tengah.

Menurut Assagaff, hubungan pela gandong di Maluku yang telah ada sejak jaman datuk-datuk merupakan modal sosial kultural masyarakat Maluku yang tidak dimiliki daerah lain.

“Hubungan pela yang dibangun di Maluku bukan saja berdasarkan ikatan budaya, akan tetapi juga ikatan pela gandong di Maluku juga dibangun berdasarkan ikatan agama,“ ungkapnya.

Dijelaskan Assagaff, hubungan pela dan gandong di Maluku mampu menebus keanekaragaman suku dan agama yang ada di provinsi seribu pulau ini.  Dan hal ini merupakan bukti otentik budaya religius masyarakat Maluku untuk mempererat hubungan persaudaraan.

Amahai, Malukupost.com - Ikatan pela yang telah berakar sejak dahulu kala di dalam tatanan kehidupan masyarakat Maluku merupakan gambaran jelas tingginya peradaban di Maluku yang menjunjung nilai etika dan kebersamaan serta persaudaraan. Demikian ditegaskan Upulatu Maluku (Gubernur Maluku), Said Assagaf dalam sambutannya pada acara Pasawari dan Panas Pela antara Negeri Amahai dan Ihamahu yang digelar Kamis (29/9) di Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Menurut Assagaff, hubungan pela gandong di Maluku yang telah ada sejak jaman datuk-datuk merupakan modal sosial kultural masyarakat Maluku yang tidak dimiliki daerah lain. “Hubungan pela yang dibangun di Maluku bukan saja berdasarkan ikatan budaya, akan tetapi juga ikatan pela gandong di Maluku juga dibangun berdasarkan ikatan agama,“ ungkapnya. Dijelaskan Assagaff, hubungan pela dan gandong di Maluku mampu menebus keanekaragaman suku dan agama yang ada di provinsi seribu pulau ini. Dan hal ini merupakan bukti otentik budaya religius masyarakat Maluku untuk mempererat hubungan persaudaraan. “Hubungan pela ini juga menggambarkan betapa masyarakat Maluku menjunjung tinggi kolektivitas yang tercermin dalam budaya ataupun kerja Siwalima,“ tandasnya. Assagaff menambahkan, nilai-nilai dan kesakralan adat dan budaya pela gandong janganlah berdistorsi dengan budaya asing. Olehnya itu perlu adanya kerja sama semua pihak dalam melestarikan adat dan budaya pela gandong di Maluku. Sementara itu, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan event Pasawari dan Panas Pela dua negeri yakni Amahai dan Ihamahu. “Event ini bukan saja memberikan pesan adat dan budaya kepada kita sekalian, akan tetapi juga memberikan pesan moral bagi kita akan pentingnya kebersamaan dan hidup orang basudara. Olehnya itu, event ini haruslah dikembangkan dan dijadikan sebagai objek wisata religius di Maluku Tengah,“ pungkas Tuasikal. (MP-03)
“Hubungan pela ini juga menggambarkan betapa masyarakat Maluku menjunjung tinggi kolektivitas yang tercermin dalam budaya ataupun kerja Siwalima,“ tandasnya.

Assagaff menambahkan, nilai-nilai dan kesakralan adat dan budaya pela gandong janganlah berdistorsi dengan budaya asing. Olehnya itu perlu adanya kerja sama semua pihak dalam melestarikan adat dan budaya pela gandong di Maluku.

Sementara itu, Bupati Maluku Tengah, Abua Tuasikal dalam sambutannya mengatakan, Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan event Pasawari dan Panas Pela dua negeri yakni Amahai dan Ihamahu.

“Event ini bukan saja memberikan pesan adat dan budaya kepada kita sekalian, akan tetapi juga memberikan pesan moral bagi kita akan pentingnya kebersamaan dan hidup orang basudara. Olehnya itu, event ini haruslah dikembangkan dan dijadikan sebagai objek wisata religius di Maluku Tengah,“ pungkas Tuasikal. (MP-03)

Subscribe to receive free email updates: