Sehubungan dengan berita yang meresahkan masyarakat akan informasi terjadinya gempa bumi yang berpotensi tsunami yang terjadi di wilayah Ambon, Buru dan Tengah, maka masyarakat diimbau untuk tidak mudah terpengaruh," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG kelas I Ambon, Andi Akbar Rusdin.
"Berita yang beredar di masyarakat mengatasnamakan BMKG kami nyatakan tidak benar, karena BMKG tidak pernah menyampaikan serta menyebarluaskan berita tersebut," katanya melalui rilis yang diterima, Kamis (4/10).
Ia mengatakan, berita tersebut hanya hoax atau isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan membohongi masyarakat, karena isu tersebut tidak mempunyai dasar ilmiah yang jelas.
Perlu diketahui bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi dengan tepat, kapan dimana dan berapa kekuatan gempa bumi tektonik yang terjadi.
"Karena itu masyarakat diimbau untuk tidak terpengaruh dengan informasi tersebut, dan tetap tenang, serta selalu mengikuti informasi terkini yang dapat diakses melalui web resmi BMKG, serta akun media sosial," ujarnya.
Berdasarkan peta indeks rawan bencana yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kota Ambon dan Maluku Tengah merupakan kawasan yang termasuk tingkat rawan bencana tertinggi di Provinsi Maluku.
Dari sekitar 32 kejadian gempa bumi yang melanda Maluku sejak tahun 1830, 13 bencana diantaranya terjadi di Pulau Ambon.
Sejarah juga mencatat kota Ambon juga pernah mengalami tiga dari delapan kali tsunami yang pernah melanda Maluku. Selain itu Maluku juga pernah mengalami kejadian bencana besar berdasarkan beberapa sumber yakni dari Rumphius.
Gelombang tinggi juga pernah menerjang desa-desa di kota Ambon dan pulau Seram pada 1674 dimana ketinggian hingga beberapa meter dan menewaskan 2.000 jiwa. (MP-6)