Utusan Dandim Tual Temui Bocah Reza Mangar

Dobo, Malukupost.com - Kabar bocah Reza Mangar (13) yang viral di media sosial, mendapat perhatian pimpinan TNI di Tual. Dandim 1503/Tual Letkol Arh Yoyo Karyo Amd mengambil inisiatif. Ia mengirim utusannya menemui bocah pemanjat tiang bendera itu di Dobo, Kepulauan Aru, Selasa (21/8).
Danramil 1503-03/Dobo Dody Masaoy dan  Ny Masaoy menyerahkan bantuan uang dan sembako kepada Reza Mangar disaksikan neneknya. (foto pendim tual)

Dobo, Malukupost.com - Kabar bocah Reza Mangar (13) yang viral di media sosial, mendapat perhatian pimpinan TNI di Tual.  Dandim 1503/Tual Letkol Arh Yoyo Karyo Amd mengambil inisiatif.  Ia mengirim utusannya menemui bocah pemanjat tiang bendera itu di Dobo, Kepulauan Aru, Selasa (21/8).

Danramil 1503-03/Dobo Lettu Inf Dodi Masaoy mewakili Dandim 1503/Tual memimpin rombongan yang datang menemui Reza yang tinggal dengan neneknya.  Danramil Dody Masaoy didampingi Ketua Ranting 04/Dobo Ny Dody Masaoy,  Batituud Koramil 1503-03/Dobo Serka Taufiq Ismail,  Serka Melmambesy, Sertu Petrus M Belwawin, Sertu Okto Samangun dan bersama istri, Sertu Izak Samangun dan istri, serta Praka Rulan Karatem dan istri.

Pada kesempatan itu, Masaoy menyerahkan bantuan uang dan sembako yang disediakan Dandim Tual. Di rumah yang terletak di Kelurahan  Siwalima, Reza dan neneknya menerima rombongan TNI.  Remaja putus sekolah yang sudah tak punya ayah-ibu itu, menerima tamu-tamu dari Kodim dan Koramil itu dengan penuh haru.

Sejumlah warga Aru yang mengetahui kunjungan ini, ikut bergembira.  Mereka lega dan menyampaikan penghargaan kepada Dandim 1503/Tual dan Danramil 1503-03/Dobo yang sudah langsung menemui Reza dan membawa bantuan.

JABAT TANGAN
Kisah bocah Reza Mangar muncul di media sosial menyusul kisah sejenis yang menimpa Joni, sang pemanjat tiang bendera asal NTT.  Respon publik nan meriah terhadap Joni, sampai langsung bisa bertemu presiden di Jakarta, mendorong sejumlah aktivis di Aru, membongkar arsip.

Para aktivis tidak mempersoalkan perlakukan negara terhadap Joni.  Mereka merasa pemerintah di daerah saja yang tidak memberi apresiasi kepada Reza.  Padahal, Reza juga memanjat tiang bendera sampai ke puncak, Desember 2017.

"Reza hanya dapat jabat tangan," kata tokoh Aru, Kace Labok.

Menurut Labok, Reza berasal dari Desa Waria di Aru Utara Timur.  Dia sudah putus sekolah sejak masih sekolah Dasar, karena alasan ekonomi.  Karena kedua orang tua  sudah meninggal, Reza hidup bersama nenek  di Dobo.

Untuk makan sehari-hari,  Reza harus menjadi pembantu nelayan mencari dan memuat ikan hasil tangkapan. Kadang-kadang, dia juga  menjadi buruh cilik untuk membantu sang nenek yang mengasuhnya. (Rudi Fofid/Malukupost)

Subscribe to receive free email updates: