"Estimasi kerugian akibat tumpahan avtur dengan volume antara 20 hingga 25 kilo liter dengan asumsi harga avtur Rp10.000 per liter maka tidak terlalu besar sekitar Rp200 juta," kata Doni di Ambon, Senin (20/8).
Penjelasan tersebut disampaikan dalam rapat dengar pendapat antara komisi B DPRD Maluku bersama Badan Lingkungan Hidup Provinsi Maluku dan PT. Pertamina dipimpin Evert Kermite.
Menurut dia, ada berita dari Direktur Pemasaran koorporat bahwa yang paling penting bukan kerugiannya tetapi imaterial seperti dampak terhadap masyarakat yang lebih utama.
Langkah pertama yang dilakukan Pertamina adalah koordinasi dengan instansi terkait melakukan pencegahan terjadinya pencemaran lingkungan.
Kalau dari sisi pencemaran laut pasti sudah ada biota laut yang mati, tetapi secara kasat mata bisa dilihat dari kondisi air lautnya sendiri dan mudah-mudahan tidak terjadi, selanjutnya kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi mereka dan siap siap melakukan perbaikan.
"Efek dari penyaluran avtur maka stok di bandara per hari ada sekitar 600 KL sedangkan penyaluran per hari rata-rata mencapai 80 KL dan bertahan tujuh sampai delapan hari," ujarnya.
Kepala Badan Lingkungan Hidup Maluku, Vera Tomasoa menjelaskan, sejak Kamis, (16/8) telah mengambil sampel air dan sediman dari sungai serta laut untuk diperiksa di labortorium KLHK yang merupakan laboratorium rujukan.
Hanya saja karena saat itu hari libur nasional jadi baru hari ini tim BLH ke sana membawa sampel berupa air dan sediman.
"Parameter yang diuji adalah sesuai Permen nomor 51 baik berupa sedimen maupun air akan diuji di laboratorium dan kami belum bisa sampaikan tingkat pencemarannya seperti apa karena menunggu hasil laboratorium," jelas Vera.
Mereka juga sudah berkoordnasi dengan DKP Maluku dan ada beberapa masukan kalau memang nantinya tercemar atau biota-biota laut yang mengalami gangguan akibat minyak ini mungkin ada tindakan-tindakan untuk mengembalikan ke kondisi semula.
Ketua komisi B DPRD Maluku Ever kermite menanyakan kenapa bisa terjadi kasus tumpahan minyak, karena komisi mendapat penjelasan ada kelalaian internaial pertamina dan ini peristiwa pertama yang terjadi di Kota Ambon.
Pertamina di Wayame sangat strategis dan ada pendapat masyarakat kalau bensin yang bocor bisa berbahaya dan diharapkan tidak terulang lagi, kemdian warga sempat panik juga dan cepat membeli minyak jangan sampai terjadi kelangkaan.
Sedangkan wakil ketua komisi, Wellem Watimena menegasan tidak mungkin orang yang kerja lama satu atau dua tahun dan sudah profesional bisa lalai seperti itu.
"Informasi di lapangan adalah minyak tanah, sehingga masyarakat berbondong-bondong menimba minyak," tegasnya.
Dia juga mengakui ada kekecewaan DPRD yang melakukan peninjauan langsung dan ketika masuk pintu area Pertamina tidak masalah tetapi semakin ke dalam di bagian penampungan, orang pertamina justeru menjauh dan mengaku hanya kontraktor. (MP-5)