"Untuk beberapa komoditi kami targetkan untuk pemenuhan masyarakat Malra, sementara cabai, bawang merah dan kelapa, kami upayakan daerah ini menjadi sentra dan dapat dikirim atau dipasarkan keluar daerah," kata Kepala Dinas Pertanian Malra Felix Bonu Tethool, di Langgur, Sabtu (4/8).
Ia mengatakan, sekalipun keterbatasan daerah ini soal lahan yang sempit dan tingkat kesuburan tanah, Distan Malra bersama para petani berusaha semaksimal mungkin guna pengembangan pertanian, karena dampaknya cukup besar bagi peningkatan perekonomian daerah ini.
Dampak positif dari berkembangnya pertanian di daerah yakni memenuhi kebutuhan masyarakat Malra, terciptanya lapangan kerja, dan menanggulangi kemiskinan melalui peningkatan pendapatan petani.
"Saat ini kebanyakan penduduk kita berada di luar daerah untuk bekerja, seakan-akan kita disini tidak ada lapangan pekerjaan, sehingga diharapkan dengan adanya upaya pengembangan pertanian masyarakat dapat bekerja di daerahnya sendiri, dan itu juga menjadi tugas Distan Malra", ujar Felix.
Dia menjelaskan, Distan Malra sudah membuat klaster-klaster sentra produk pertanian, untuk holtikiltura dibangun sentra bawang merah di Ohoi Abean dan sekitarnya, cabai di Ohoi Danar dan sekitarnya, kelapa di Kei Besar, embal di Ohoi Debut, Wain, Ohoiwait, Weduar dan Ohoi AD.
Untuk peternakan khususnya sapi, sentranya dibangun di Ohoi Mastur dan Ohoi Ngursit, dimana kini populasi sapi di Malra dari tahun ketahun terus meningkat, tercatat dari 800 ekor kini mencapai 1.444 ekor lebih.
"Saat ini kita lagi fokus dengan pengembangan bawang merah di daerah ini, selain menargetkan Malra menjadi sentra, Dinas juga menargetkan untuk peningkatan pendapatan petani bawang Rp5 juta ke atas tiap bulan.
Permasalahannya, seperti bawang merah serta komoditi lainnya yakni potensi pasar, dan itu merupakan sebuah siklus yang harua bisa dilewati.
"Sebaliknya, jika tidak mampu menyelesaikan persoalan itu maka petani akan kembali ke titik nol," kata Felix.
Karena itu, dukungan masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam kemajuan pertanian di daerah ini dengan memanfaatkan (membeli) produk-produk pertanian daerah sendiri.
Selain itu, keterpaduan SKPD dan UPD untuk bersama-sama bekerja dan saling mendukung, seperti Koperasi (penguatan modal) Disperindag (pengolahan hasil pertanian), PU (pembangunan infrastruktur pertanian).
Felix menambahkan, perlu disadari pertanian Malra dilihat dari luas lahan dan kesuburan tanah dianggap tidak potensial untuk pertanian, namun dengan SDM berkualitas yang dimiliki, kendala-kendala itu dapat diatasi dengan baik.
Felix mengapresiasi SDM di Distan Malra yang memiliki keunggulan dan tekad besar, sehingga dalam keterbatasan tetap ada pencapaian hasil pertanian yang sama dan bahkan lebih dari daerah yang miliki potensi lebih untuk pertanian di Maluku.
"Keunggulan potensi saja tidak cukup. SDM yang unggul dapat mengelola potensi yang terbatas itu kini menghasilkan dan menjadi unggul," katanya. (MP-6)