"Saya berkoordinasi dengan para camat maupun kepala desa di sekitar lokasi pusat gempa, ternyata belum ada laporan kerusakan maupun terdampak lainnya dari masyarakat," kata Pelaksana Kepala BPBD Seram Bagian Timur, Usman Keliobas dihubungi dari Ambon, Senin (20/8).
Gempa dengan epsentris -3 Lintang Selatan (LS) - 30.6 Bujur Timur (BT) itu guncangannya terasa di Bula, ibu kota kabupaten Seram Bagian Timur namun tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.
"Mudah - mudahan tidak ada dampak dari gempa pada kedalaman 10 KM di laut," ujarnya.
Dia mengemukakan, komunikasi dijalin dengan BPBD Maluku guna mengantisipasi kemungkinan bila ada terjadi kerusakan maupun terdampak lainnya.
"Bupati Seram Bagian Timur, Mukti Keliobas mengarahkan senantiasa mewaspadai kemungkinan terjadi gempa susulan sebagaimana di Lombok, NTB sehingga perlu berkomunikasi dengan para camat, kepala desa dan BPBD Maluku," tambahnya.
Sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa Maluku termasuk salah satu daerah yang rentan dan rawan terjadi bencana alam berupa gempa tektonik yang dapat menimbulkan kerusakan berat, termasuk terjadinya tsunami.
Maluku berada pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Tim peneliti BNPB bersama Unesco, beberapa daerah di Maluku yang tergolong rawan gempa di antaranya Seram Bagian Utara, Kabupaten Maluku Tengah, mengingat sebagian besar patahan di bawah laut berada di daerah tersebut.
Jika gempa besar melanda daerah Seram utara, diperkirakan dapat menimbulkan gelombang pasang dengan ketinggian antara 10-15 meter, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi.
Sedangkan, Kota Ambon dan Pulau Ambon, Pulau Haruku dan Pulau Saparua sesuai data BNPB kemungkinan tsunami dapat terjadi dengan ketinggian antara tiga hingga delapan meter. (MP-4)