Gubernur Assagaff dalam sambutan tertulisnya, yang disampaikan Staf Ahli Bidang Pembangunan, Ekonomi dan SDM Setda Maluku, Rony Tairas, pada Acara Kisar Bakudapa III tersebut mengatakan Bakudapa biasanya diimplementasikan melalui kumpul basudara, yang telah menjadi kebiasaan warga masyarakat Maluku yang merantau dimanapun.
“Apa yang kita saksikan malam ini, merupakan wujud apresiasi terhadap kebudayaan masyarakat Pulau Kisar, yang merupakan wadah pembentukan jati diri ke-Malukuan kita dalam konteks ke-Indonesiaan,” ujarnya.
Menurut Assagaff, di era globalisasi dewasa ini, penetrasi budaya asing melalui kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, semakin menguat.
“Kecintaan terhadap budaya daerah sendiri semakin luntur, karena minimnya pengetahuan masyarakat kita tentang akar seni dan budaya leluhur kita, bahkan secara tidak sadar membuat kita lupa terhadap seni dan budaya sendiri,” ungkapnya
Assagaff katakan, momentum bakudapa ini, mesti dimaknai sebagai bentuk kesadaran kolektif untuk mencintai sekaligus melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya daerah.
“Saya berharap, Kisar Bakudapa yang dirangkai dengan pagelaran seni dan budaya tidak hanya dijadikan sebagai tontonan, artinya hanya simbol seremonial yang mendatangkan nilai ekonomis, namun lebih dari itu mesti menjadi tuntunan atau pedoman dalam membangun kebersamaan dan persaudaraan di Maluku,” ucapnya.
Dijelaskan Assagaff, Indonesia dikenal memiliki Kebhinekaan dalam berbagai aspek seperti suku, agama, adat istiadat dan budaya yang tersebar di seluruh daerah dan merupakan kekayaan yang harus dilestarikan dan dikembangkan dari generasi ke generasi. Demikian juga dengan Provinsi Maluku sebagai daerah berciri kepulauan terbesar di Indonesia, yang dikaruniai tradisi, budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam dan berbeda antara masyarakat di pulau yang satu dengan pulau lainnya.
“Salah satu diantaranya, Pulau Kisar, yang tidak hanya dikenal dengan potensi sumber daya alamnya, tetapi juga memiliki pelbagai kekayaan seni dan budaya,” tandasnya.
Diungkapkan Assagaff, Untuk itu pelestarian seni dan budaya daerah, bukan semata-mata untuk dikembangkan menjadi potensi wisata daerah, tetapi juga sebagai wujud penghargaan terhadap seni dan budaya daerah.
“Kegiatan ini juga sebagai upaya untuk mengingatkan kembali kepada kita semua, khususnya generasi muda Maluku saat ini maupun generasi yang akan datang tentang pentingnya merawat tradisi dan budaya daerah untuk memghadapi serbuan budaya asing. Kita tidak boleh lengah dan terlena dengan era keterbukaan dan kebebasan, karena dapat menimbulkan pengaruh negatif yang merusak budaya daerah kita,” paparnya.
Assagaff menambahkan, penggerusan nilai-nilai tradisi, seni dan budaya daerah akan berdampak pada menurunnya karakter anak bangsa.
"Karena itu, penggalian nilai-nilai kearifan lokal serta revitalisasi dan penguatan tradisi dan budaya daerah, yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam pelestarian dan pengembangan budaya daerah mesti terus dilakukan,” pungkasnya (*)