BONEPOS.COM, MAROS - Ketua Umum Forum Anak Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Ahmad Takbir Abadi membuat surat perihal mirisnya pendidikan sekolah kolong yang ada di kabupaten Maros.
Pendiri Rumah AspirasiTA' itu menuliskan realitas pendidikan yang kurang layak di Kampung Bara-Barayya, Desa Bonto Manurung, Kecematan Tompobulu Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros.
Isi surat itu ditujukan kepada seluruh masyarakat untuk bergerak bersama membantu anak-anak yang ada di kampung tersebut.
Surat tersebut berjudul surat tujuh Januari. Sebab surat itu ditulis persis tujuh januari. Berikut isi suratnya ;
Surat Tujuh Januari
Salam Hormat!
Siapa pun itu mari kita sama-sama membaca. Kabar ini lebih dahulu terbit pada detik news. Bersamaan dengan berita itu kemarin tujuh Januari kami terpanggil. Matic dan dua bah ransel cukup untuk dua hari satu malam di daerah timur Maros.
Sekolah kolong menimbulkan banyak tanda tanya. Bukan hanya soal 20% anggaran APBN untuk pendidikan juga ratusan sarjana guru yang lulus setiap tahunnya. Tapi ini soal keadilan dan kesejahteraan.
Desa Bonto Manurung Kecematan Tompobulu. Jika pileg daerahnya dapil empat, di provinsi dapil dua dan di nasional dapil sulsel dua. Tepat sekitaran enam puluh kilo dari Pasar rakyat yang baru saja di resmikan.
Air mata menetes. Segelintir anak-anak punya semangat untuk belajar. Dan siapapun yang paham UUD dia tak akan pernah tinggal diam, tapi akan bertindak.
Siapakah yang punya tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Ada di alinea empat sebagai penjelas mengapa Republik ini lahir.
Kampung Bara-Barayya Desa yang punya hak suara jika pemilihan Kepala Desa, Bupati juga Gubernur. Kampung yang hari-harinya punya harapan untuk pembangunan. Punya cinta untuk menyongsong kehidupan. Juga punya warisan padi melimpah dan beberapa pinus untuk di masa depan.
Kami terpanggil untuk ke sini.Karena ada yang tak sesuai dengan tempatnya. Bukan kah tujuan pendidikan untuk melihat realitas kebenaran.
Dan kebenaran itu adalah ada anak-anak indonesia di Sudut Tompobolu ini yang punya semangat belajar untuk mengambil bagian di generasi emas.
Akses, Bangku, Meja dan buku masih jauh dari kata layak. Hanya bersekolah pada setiap sabtu dan minggu. Atap sekolah hahanya sebuah kolong. Lantas untuk sampai kapan?
Kepada teman-teman yang telah berdonasi buku, kami ucapkan terima kasih, buku teman-teman sudah kami berikan kepada anak-anak yang ada di sana.
Mewakili Anak-anak Kab.Maros tugas kami hanya sebagai pelapor dan polopor keadilan di Kabupaten ini. Hingga pada titik itulah, kepada siapapun yang punya kuasa di daerah ini, Mari sama-sama bantu teman-teman kami. Anak-anak adalah jembatan emas untuk berhasilnya Kabupaten ini.
Semoga banyak yang terpanggil karena kemanusiaan bukan karena kepentingan.
Oiya terakhir, mengakhiri surat ini kami ingin menyampaikan untuk sekarang di sana ada dua yang kurang Pertama jalanan rusak dan tidak cocok untuk kendaraan dinas secangggih apapun pilihannya hanya menggunakan otot kaki kemudian kedua baliho calon gubernur tidak ada.
Terima kasih.
Salam Anak Butta Salewangan.
Editor : Jumardi Ramling
Pendiri Rumah AspirasiTA' itu menuliskan realitas pendidikan yang kurang layak di Kampung Bara-Barayya, Desa Bonto Manurung, Kecematan Tompobulu Kecamatan Tompo Bulu, Kabupaten Maros.
Isi surat itu ditujukan kepada seluruh masyarakat untuk bergerak bersama membantu anak-anak yang ada di kampung tersebut.
Surat tersebut berjudul surat tujuh Januari. Sebab surat itu ditulis persis tujuh januari. Berikut isi suratnya ;
Surat Tujuh Januari
Salam Hormat!
Siapa pun itu mari kita sama-sama membaca. Kabar ini lebih dahulu terbit pada detik news. Bersamaan dengan berita itu kemarin tujuh Januari kami terpanggil. Matic dan dua bah ransel cukup untuk dua hari satu malam di daerah timur Maros.
Sekolah kolong menimbulkan banyak tanda tanya. Bukan hanya soal 20% anggaran APBN untuk pendidikan juga ratusan sarjana guru yang lulus setiap tahunnya. Tapi ini soal keadilan dan kesejahteraan.
Desa Bonto Manurung Kecematan Tompobulu. Jika pileg daerahnya dapil empat, di provinsi dapil dua dan di nasional dapil sulsel dua. Tepat sekitaran enam puluh kilo dari Pasar rakyat yang baru saja di resmikan.
Air mata menetes. Segelintir anak-anak punya semangat untuk belajar. Dan siapapun yang paham UUD dia tak akan pernah tinggal diam, tapi akan bertindak.
Siapakah yang punya tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa? Ada di alinea empat sebagai penjelas mengapa Republik ini lahir.
Kampung Bara-Barayya Desa yang punya hak suara jika pemilihan Kepala Desa, Bupati juga Gubernur. Kampung yang hari-harinya punya harapan untuk pembangunan. Punya cinta untuk menyongsong kehidupan. Juga punya warisan padi melimpah dan beberapa pinus untuk di masa depan.
Kami terpanggil untuk ke sini.Karena ada yang tak sesuai dengan tempatnya. Bukan kah tujuan pendidikan untuk melihat realitas kebenaran.
Dan kebenaran itu adalah ada anak-anak indonesia di Sudut Tompobolu ini yang punya semangat belajar untuk mengambil bagian di generasi emas.
Akses, Bangku, Meja dan buku masih jauh dari kata layak. Hanya bersekolah pada setiap sabtu dan minggu. Atap sekolah hahanya sebuah kolong. Lantas untuk sampai kapan?
Kepada teman-teman yang telah berdonasi buku, kami ucapkan terima kasih, buku teman-teman sudah kami berikan kepada anak-anak yang ada di sana.
Mewakili Anak-anak Kab.Maros tugas kami hanya sebagai pelapor dan polopor keadilan di Kabupaten ini. Hingga pada titik itulah, kepada siapapun yang punya kuasa di daerah ini, Mari sama-sama bantu teman-teman kami. Anak-anak adalah jembatan emas untuk berhasilnya Kabupaten ini.
Semoga banyak yang terpanggil karena kemanusiaan bukan karena kepentingan.
Oiya terakhir, mengakhiri surat ini kami ingin menyampaikan untuk sekarang di sana ada dua yang kurang Pertama jalanan rusak dan tidak cocok untuk kendaraan dinas secangggih apapun pilihannya hanya menggunakan otot kaki kemudian kedua baliho calon gubernur tidak ada.
Terima kasih.
Salam Anak Butta Salewangan.
Editor : Jumardi Ramling