"Terjadinya inflasi diakibatkan pada lima kelompok pengeluaran dengan tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 12,00 persen. Deflasi terendah terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen," kata Kepala BPS Provinsi Maluku, Dumangar Hutauruk, di Ambon, Senin (3/7).
Rinciannya, kelompok bahan makanan sebesar 12,00 persen, kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,72 persen, kelompok sandang sesar 0,36 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,20 persen serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen.
Sedangkan, deflasi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,08 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,07 persen.
Dumangar mengatakan, komoditas yang dominan menyumbang inflasi di Kota Ambon adalah ikan layang, cabai merah, kangkung, tarif listrik dan cabai rawit.
Komunitas yang menyumbang terjadinya deflasi yakni daun singkong, lemon cina, tomat sayur, bawang putih dan besi beton.
Dumangar mengatakan, dari 82 kota IHK di Indonesia tercatat 79 kota mengalami inflasi dan tiga kelompok deflasi.
"Inflasi tertinggi terjadi di Kota Tual yakni sebesar 4,48 persen dengan IHK 150,91. Inflasi terendah terjadi di Kota Merauke sebesar 0,12 persen dengan IHK 135,57," ujarnya.
Deflasi tertinggi di Kota Singaraja sebesar 0,64 persen dengan IHK 136,45. Terendah terjadi di Kota Denpasar sebesar 0,01 persen dengan IHK 125,57.
Dumangar mengatakan, kalau melihat dari 82 kota IHK di Indonesia pada Juni 2017, maka IHK Kota Ambon menduduki peringkat 40. Inflasi bulanan Kota Ambon menduduki peringkat tiga.
Inflasi tahun kalender Kota Ambon menduduki peringkat 28, serta untuk inflasi tahun ke tahun Kota Ambon menduduki peringkat 12.
Sedangkan, inflasi kalender Kota Ambon pada Juni 2017 sebesar 3,00 persen. Inflasi dari tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016) sebesar 5,45 persen. (MP-4)