Demo 411 kemaren adalah pembuktian keahlian beliau dan tim-nya. Dengan pengalaman memimpin Detasemen antiteror dan BNPT, pak Tito sangat paham pola dan karakter para perusuh.
411 kemaren sebenarnya situasi yang sangat genting, hanya tidak banyak yang menyadari. Beberapa hari sebelum demo, dikabarkan polisi sudah menyita banyak bom yang akan diledakkan. Ini saja sudah mematahkan mental para perusuh karena gerak mereka terbaca.
Perusuh memainkan rencana B dengan strategi menyerang polisi. Satu orang memukul, dan ketika polisi bereaksi maka yang lainnya akan merangsek maju mengeroyoknya, kemudian senpinya akan direbut dan akan dimulai aksi tembak-tembakan yang membuat suasana kacau.
Suasana kacau ini akan diperluas dengan menyerang istana dan senayan. Diharapkan rentetan peristiwa berikutnya akan memicu peristiwa 98 yang akan menjatuhkan Jokowi.
Pak Tito sudah mengantisipasi hal itu dengan tidak mengizinkan anggotanya membawa senpi dan tidak bereaksi meski di provokasi. Disini perusuh kehilangan momentum, sebagian anggotanya ditangkap beberapa hari lalu.
Menarik memang cara perang lunaknya Pak Tito. Mereka tidak bermain keras dan menghantam karena itu yang memang diinginkan perusuh. Ketika dihantam dan terjadi korban, perusuh bisa mendapat momen untuk menggerakkan massa yg lebih besar.
ito Karnavian seperti memainkan keseimbangan. Setiap tekanan yang datang kepada mereka tidak dihadang dgn beton keras, tetapi dialirkan dengan gaya air mengikuti alur. Tito memanfaatkan tenaga lawan untuk menekan mereka balik tanpa mereka sadar..
Ia memecah barisan mereka, melakukan diplomasi sekaligus menggertak "jangan sampai makar". Karena gertakan inilah, karakternya dibunuh di media online dan sosial. Ia "diadu" dengan Panglima TNI dan dibuat seolah2 mereka bertentangan dengan pak Tito sebagai Bad Guy-nya.
Keberhasilan seorang Tito meredam demo itu sehingga terlihat damai bisa dibilang sebuah keajaiban, karena di beberapa negara seperti Libya, Suriah dan Mesir, situasi ini selalu berakhir dengan kerusuhan.
Jadi, sungguh menarik melihat bagaimana Pak Tito mengantisipasi situasi di demo 212. Kali ini sepertinya agak keras mainnya, karena menurut info, Polri menyebar 5 ribu pasukan di dalam pendemo dengan menyamar. Sniper ditempatkan di beberapa titik dan diijinkan tembak ditempat ketika melihat seseorang yg mencurigakan.
Untuk yang ikut shalat Jumat di Monas besok, saya sarankan untuk segera pulang dan tidak perlu berdemo karena polisi tidak main2 sekarang. Peluru tidak mengenal siapa salah dan siapa benar. Jangan sampai terjebak di barisan salah karena itu fatal, meskipun anda merasa benar.
Selamat shalat Jumat besok, yang sudah jalan kaki begitu jauh segera istirahat, yang naik kuda supaya mirip Pangeran Diponegoro segera sadar cari panggung gak perlu terlalu berlebihan.. Kudanya belum ikut lebaran.
Pertahankan demokrasi kita dan jagalah supaya aman, atau pulang saja daripada nanti dimanfaatkan teman di samping anda yang baru anda kenal dan anda menjadii korban... Hati2 copet, karena mereka juga bisa nyamar pake sorban.
Dan khusus untuk Kapolri Jenderal Polisi Drs HM Tito Karnavian, terima-kasih, pak... Terima kasih juga kepada seluruh jajaran bapak. Kami menggantungkan semua keselamatan kami di tangan aparat.
[ Denny Siregar / facebook ]