"Dijadwalkan pada Senin, (14/11) sudah ada kegiatan uji pendaratan di Bandara Tiakur," kata bupati di Ambon, Sabtu (12/11).
Pesawat tipe ATR berpenumpang sekitar 40 orang ini bisa mendarat mulus di Bandara Tiakur karena panjang landasan pacunya saat ini sudah mencapai 1.200 meter.
Kemudian pemerintah melalui Kementerian Perhubungan telah mengalokasikan sejumlah anggaran untuk rencana program perpanjangan landasan pacu Bandara Tiakur menjadi 1.400 meter tahun 2017.
Sementara target untuk tahun 2019 hingga 2020 diperpanjang menjadi 2.000 meter.
Menurut bupati pemerintah kabupaten terus melakukan pembenahan dan melengkapi prasarana bandara, termasuk di dalamnya pengadaan mobil pemadam kebakaran khusus di bandara.
Upaya melengkapi sarana pendukung bandara ini dilakukan secara bertahap karena Maluku Barat Daya merupakan salah satu daerah perbatasan yang masih tertinggal dan kemampuan keuangan daerahnya tidak cukup, sehingga diharapkan ada dukungan pemerintah baik tingkat provinsi maupun pusat.
"Padahal daerah yang berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia ini memiliki potensi kekayaan alam melimpah baik gas di blok Masela, tembaga di Wetar, emas di Pulau Romang, dan nantinya akan ada blok migas Moa Selatan," ujar bupati.
Dikatakan, Kabupaten Maluku Barat Daya juga punya kontribusi besar terhadap pendapatan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, sangat mendukung diperjuangkan statusnya menjadi sebuah provinsi perbatasan.
"Maluka Barat Daya mendeklarasikan menjadi provinsi baru agar kemajuan yang akan dicapai semakin menanamkan rasa kebangsaan yang tinggi," katanya. (MP-3)