Lewat Orasi Jalanan Fahri Hamzah Getol Provokasi untuk Gulingkan Jokowi

BLOKBERITA, JAKARTA — Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menyinggung soal penggulingan pemerintahan. Ia menyatakan, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menjatuhkan presiden. Hal itu disampaikan Fahri saat berorasi dalam "Aksi Bela Islam" di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (4/11/2016).
Fahri berorasi di depan massa yang menuntut proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkait dugaan penistaan agama.
" Jatuhkan presiden itu ada dua cara, pertama lewat parlemen ruangan dan kedua lewat parlemen jalanan," kata Fahri.
Karena itu, Fahri mengimbau agar Presiden Joko Widodo berhati-hati dalam menyikapi proses hukum terhadap Ahok yang kini tengah berlangsung.
Sebab, kata Fahri, dalam menyikapi proses hukum terhadap Ahok, Presiden dirasa mengintervensi.
" Jadi hukum harus ditegakkan seadilnya tanpa intervensi. Kalau tidak, parlemen ruangan bisa bertindak untuk menggalang mosi tidak percaya atau parlemen jalanan yang bertindak menuntut Presiden mundur," lanjut Fahri.
Saat jumpa pers di Kompleks Parlemen Senayan, Fahri mengaku ikut berunjuk rasa untuk memenuhi undangan.
" Karena kami diundang. Tugas anggota Dewan secara umum adalah memenuhi undangan masyarakat. Tentu kehadiran kami ditunggu masyarakat, baik konstitusi langsung maupun tidak langsung," kata Fahri.
Fahri hadir bersama Wakil Ketua DPR lain, Fadli Zon, dan beberapa anggota Dewan.
Sementara itu, Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian berjanji akan cepat menyelesaikan penanganan kasus Ahok.
Janji itu disampaikan Wakil Presiden Jusuf Kalla sesuai bertemu dengan perwakilan demonstran di kantor Wapres, Jakarta, Jumat petang.
" Kesimpulannya ialah dalam hal (kasus) Saudara Ahok, kita akan tegakkan, laksanakan dengan hukum yang tegas dan cepat. Oleh Kapolri, dijanjikan selesai dalam dua minggu pelaksanaan yang cepat itu," kata JK.
" Sehingga, semua berjalan sesuai aturan, tapi dengan tegas. Itu aja," tambah JK. 


Lebih lanjut Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah menilai Jokowi tidak mempunyai perasaan karena tidak mau menemui demonstran berunjuk rasa di sekitar Istana Kepresidenan, Jumat (4/11/2016). Massa berkumpul di sekitar Istana Kepresidenan untuk menuntut proses hukum terhadap calon gubernur nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Namun, Jokowi memilih meninggalkan Istana dan meninjau sejumlah proyek infrastruktur di Bandara Soekarno-Hatta.
Ia meyakini, dengan sikap ini, masyarakat tidak akan lagi simpatik kepada Jokowi. "Orang enggak akan lagi mau dukung dia," kata Fahri saat dihubungi, Jumat petang.
Fahri mengatakan, awalnya Jokowi mencitrakan diri lahir dari volunterisme, di mana masyarakat mendukung dia secara sukarela. Volunterisme, lanjut Fahri, datang dari perasaan memiliki pemimpin.
Namun, dengan kejadian ini, rakyat seakan tidak memiliki seorang pemimpin lagi.
" Sekarang perasaan (memiliki) itu enggak ada lagi dan hilang karena sikap Jokowi sendiri yang tidak ada bagi rakyat," kata dia.
Akibat Jokowi tidak ada di Istana, salah satu tuntutan demonstran untuk bertemu Presiden tidak terpenuhi. Perwakilan demonstran akhirnya diterima Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Subscribe to receive free email updates: