Jakarta, Jurnalsulteng.com – Hasil sementara pemilihan presiden AS cukup mengejutkan. Hingga saat ini, kandidat presiden AS dari Partai Republik Donald Trump mengungguli rivalnya, kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton.
Pasar pun langsung merespon hasil sementara ini, ditandai dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah yang cukup dalam.
Nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp 13.155 kemudian bergerak menuju kisaran Rp 13.200 per dollar AS.
Kepala ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, pelemahan tersebut merupakan refleksi kepanikan pasar yang melihat hasil sementara penghitungan cepat yang menunjukkan kemenangan Trump atas Clinton. Akhirnya, dollar AS pun mengalami koreksi.
“Kita melihat sekarang indeks dollar AS saat ini terkoreksi ke level 96,33 dari penutupan hari sebelumnya yakni 97,86. Sehingga pelaku pasar cenderung shift ke yen jepang dan swiss franc,” jelas Josua yang dilansir Kompas.com, Rabu (9/11/2016).
Josua mengungkapkan, karena kondisi saat ini yang terjadi adalah risk off, maka sebagian besar mata uang Asia mengalami pelemahan, termasuk rupiah. Adapun mata uang Asia yang menguat hanya yen.
Menurut Josua, hingga akhir penghitungan cepat rupiah akan cenderung tertekan, bersamaan dengan mata uang Asia lainnya. Apabila benar adanya kemenangan Trump, maka diprediksi ada potensi gejolak di pasar keuangan global, layaknya ketika referendum Brexit lantaran ekspektasi pasar tak terwujud.
“Kebijakan Donald Trump terkait deportasi imigran ilegal, pemutusan hubungan perdagangan dengan China serta pemangkasan tax ratio yang berujung pada peningkatan utang pemerintah AS," kata Josua.
Hal itu yang pada akhirnya dapat menurunkan sovereign rating AS yang berpotensi berdampak negatif pada ekonomi global. Nilai tukar Asia berpotensi cenderung melemah jika hal tersebut terjadi.(***)
Source; Kompas