Vitaly Glinkin yang juga Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia (Russian Center of Science and Culture) di Indonesia, memberikan kuliah umum dalam bahasa Rusia dan diterjemahkan oleh Prof Alexandra Kermite dari Institut Teknologi Indonesia.
Sedikitnya 1.000 orang pelajar SMA/SMK dan mahasiswa di Ambon hadir dalam kuliah umum yang juga mempromosikan program beasiswa dari Pemerintah Rusia untuk pemuda Indonesia.
"Rusia adalah besar, dan kami bangga dengan itu. Untuk bisa melintasi Rusia dari ujung paling timur ke paling barat membutuhkan sedikitnya tujuh hari, dan sembilan jam penerbangan nonstop, tapi jika dibandingkan dengan skala Indonesia, ternyata kami tidak terlalu besar," kata Glinkin.
Ia mengatakan sama seperti Indonesia, Rusia adalah negara besar dengan penduduk yang berasal dari 500 kebangsaan dan kelompok etnis, serta memiliki 180 jenis bahasa tradisional yang digunakan dan dipersatukan oleh bahasa nasional Rusia.
Menurutnya lagi, dalam pengembangan sumber daya alam, Rusia dan Indonesia juga memiliki kesamaan karena berupaya mengembangkan potensi minyak dan gas bumi untuk kepentingan masyarakat.
Karena itu, sebagai negara dengan luas wilayah mencapai 17,1 juta kilometer persegi, Rusia telah membangun jaringan transportasi darat, laut dan udara terbaik di dunia, untuk mendukung aktivitas perekonomian masyarakatnya.
"Rusia adalah negara multikultur dengan sumber daya alam yang hampir tidak terbatas. Kebanyakan orang berpikir Rusia sangat dingin, tapi cuaca kami beragam, kami memiliki musim yang berbeda-beda di tiap kawasan, sama seperti di Ambon, meski panas tapi terkadang ada hujan juga," ujarnya lagi.
Pada bidang pendidikan, kata dia, Rusia memiliki banyak institusi pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang tersebar di seluruh kawasan, dan terbuka bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih banyak tentang lembaga-lembaga tersebut.
Selain itu, sistem pendidikan yang dikembangkan di Rusia berbeda dengan di Eropa, sehingga para pelajar diharuskan menggali lebih banyak pengetahuan dan mendorong masyarakat Rusia sangat berkompetisi dalam menuntut ilmu dan belajar.
"Pengajar hanyalah pembimbing, para pelajar harus menggali lebih dalam apa yang diberikan. Kami sangat terbuka jika ada yang berminat untuk melanjutkan pendidikan di negara kami, kami menyediakan program beasiswa bagi pemuda Indonesia yang ingin bersekolah di negara kami," katanya lagi.
Lebih lanjut Glinkin mengatakan, Pemerintah Rusia telah mengirimkan sedikitnya 100 orang pemuda Indonesia untuk bersekolah di negaranya setiap tahun, dan berharap lebih banyak lagi peminat yang mendaftarkan diri.
Pada tahun 2016, sedikitnya 143 orang yang telah diberangkatkan ke Rusia, sedangkan untuk tahun 2017, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia masih menunggu para calon mahasiswa yang mendaftar untuk diseleksi.
"Untuk bisa bersekolah di Rusia harus melewati beberapa prosedur administrasi yang memang menyebalkan, tapi jika berminat segera cek situs kami di 'russia.study.org', dan sudah harus mendaftar secara online serta memasukkan dokumen-dokumen pendukung pada Januari 2017," katanya lagi.
Dia menambahkan, berbeda dengan tahun 1960-an, Pemerintah Rusia tidak hanya memberikan program beasiswa, melainkan juga menanggung biaya perjalanan pulang dan pergi para calon mahasiswa asal Indonesia.
Namun, saat ini pihaknya hanya bisa menyediakan biaya pendidikan, sedangkan asrama atau tempat tinggal disesuaikan dengan perguruan tinggi yang ada.
"Setelah diterima untuk sekolah di Rusia, satu tahun pertama akan diikutsertakan untuk kursus bahasa Rusia di sana secara gratis. Saat ini kami hanya bisa menanggung biaya pendidikan, mudah-mudahan lima atau sepuluh tahun lagi kami juga bisa menanggung tiket pergi dan pulang bagi mahasiswa Indonesia," kata dia lagi.
Selain memberikan kuliah umum, Vitaly Glinkin juga menayangkan foto dan video yang menampilkan keindahan kebudayaan dan sejarah serta pusat-pusat aktivitas masyarakat di Kota Moskow, St Peterburg, dan kota-kota tua bersejarah yang dikenal sebagai lingkaran emas.
Glinkin juga memberikan cenderamata berupa buku-buku bahasa Rusia, dan matryoshka, boneka kayu khas Rusia kepada Unpatti sebagai tanda terima kasih telah mengundangnya memberikan kuliah umum, dan memulai rencana kerja sama di bidang pengembangan pendidikan. (MP-6)