BLOKBERITA, LOS ANGELES -- Otoritas di dua universitas di California mengaku sedang melakukan proses investigasi atas kasus penyerangan terhadap dua mahasiswi Muslim, yang diduga didasarkan atas kebencian. Kedua kasus serangan itu terjadi pada Rabu lalu, sehari setelah Donald Trump memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat.
Dalam salah satu insiden tersebut, dua orang penyerang menghadapi korban mereka di Universitas Negeri San Diego.
Para pelaku diketahui membuat komentar tentang terpilihnya Trump dan keberadaan komunitas Muslim yang merupakan kelompok minoritas di sana.
Hal ini dijelaskan otoritas kepolisian setempat, yang dikutip AFP, Kamis atau Jumat WIB (11/11/2016).
Kendati diduga dilakukan berdasarkan kebencian, namun dompet, ransel dan kunci mobil perempuan itu turut diambil. Korban pun lari untuk mencari pertolongan. Sesaat kemudian dia kembali ke lokasi kejadian bersama polisi. Namun dia menemukan mobilnya telah lenyap dibawa kabur pelaku.
Keterangan ini disampaikan Jurubicara Kepolisian setempat, Ronald Broussard.
Kasus ini sedang dalam tahap penyelidikan. Menurut Broussard, pelaku bakal didakwa dengan kekerasan karena kebencian, perampokan, dan pencurian mobil.
" Komentar-komentar yang dialamatkan kepada korban menunjukkan bahwa korban diserang karena dia Muslim," ungkap Presiden Universitas Negeri San Diego, Elliot Hirshman dan Pejabat Polisi Josh Mays dalam keterangan tertulis.
Disebutkan, korban pun memang mengenakan pakaian tradisi Muslim lengkap dengan hijabnya.
Sementara, di Universitas Negeri San Jose, polisi pun mendapatkan laporan serupa. Seorang wanita Muslim mendapat serangan di areal parkir kampus.
Seorang laki-laki mendekati korban dari belakang, dan menarik jilbab, sambil mencekik dan kemudian melempar korban yang telah kehilangan keseimbangan.
Kronologi ini dikeluarkan otoritas setempat dan disebarkan kepada semua mahasiswa yang ada di kampus itu.
"Otoritas kampus kini mengamati dari dekat tentang kondisi itu. Proses investigasi terus bergulir. Namun, belum ada tersangka yang ditangkap," kata Jurubicara universitas itu Pat Harris.
"Kami tentu sangat menaruh perhatian atas apa yang terjadi di kampus kami. Tidak ada satu orang pun yang seharusnya mendapatkan pengalaman buruk semacam ini," kata Harris.
Terkait kasus sejeni, asosiasi mahasiswa Muslim di New York mengeluarkan pernyataan tentang ditemukannya tulisan "Trump" di pintu mushala tempat mereka shalat.
Salah satu anggota organisasi itu mengaku bahwa dengan kasus ini, kampus pun tidak kebal terhadap kefanatikan yang melanda AS.
Seorang pelajar Muslim di Universitas Louisiana di Lafayette mengadu ke pada polisi bahwa dia diserang oleh dua orang laki-laki, yang salah satunya memakai topi bertulis 'Trump".
Pihak Kepolisian Lafayette belum memberikan pernyataannya terkait kabar tersebut. (plo/kmps)