"Deflasi Kota Ambon terjadi pada tiga kelompok pengeluaran, dengan deflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,73 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, Dumangar Hutauruk, di Ambon, Senin (3/10).
Deflasi terendah, lanjutnya, terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,01 persen.
Sedangkan inflasi di Kota Ambon terjadi pada empat kelompok pengeluaran, dengan inflasi tertinggi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 1,06 persen, dan inflasi terendah pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,11 persen.
Dumangar mengatakan, komoditas yang dominan menyumbang deflasi di Kota Ambon adalah bawang merah, sawi hijau, daun melinjo, cabe merah dan kangkung, sedangkan komoditas yang mendorong inflasi adalah angkutan udara, ikan layang, daun singkong, tarif pulsa ponsel, dan kacang panjang.
Menurutnya, inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga sebesar 1,85 persen dengan IHK 129,12 dan inflasi terendah di Kota Purwokerto dan Banyuwangi sebesar 0,02 persen dengan IHK masing-masing sebesar 121,81 dan 121,84.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Pontianak sebesar 1,06 persen dengan IHK 133,94 dan terendah terjadi di Kota Kendari sebesar 0,01 persen dengan IHK 121,65.
"Dari 82 kota IHK di Indonesia pada bulan September 2016 IHK Kota Ambon menduduki peringkat 50, inflasi bulanan Kota Ambon menduduki peringkat 62, sedangkan inflasi tahun kalender menduduki peringkat 48, serta untuk inflasi dari tahun ke tahun Kota Ambon menduduki peringkat ke 48," ujarnya.
Dumangar menambahkan, inflasi tahun kalender Kota Ambon di bulan September 2016 sebesar 1,71 persen dan inflasi tahun ke tahun (September 2016 terhadap September 2015) sebesar 2,63 persen. (MP-2)