Meski ditutup menguat pada perdagangan harian, selama sepekan terakhir, indeks saham mencatatkan pelemahan. Dibandingkan dengan level penutupan akhir pekan lalu, IHSG melemah 2,77%.
Pelemahan IHSG selama sepekan utamanya disebabkan oleh melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) di awal pekan. yang Hal ini menyebabkan IHSG selama tiga hari berturut-turut mencatatkan penurunan.
Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi mengungkapkan, selama sepekan ini IHSG tidak lepas dari sentimen perang dagang yang membuat mata uang di sejumlah negara emerging market turun. "Secara fundamental Indonesia sendiri tidak ada masalah," ujar Wafi, Jumat (7/9).
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menyebut, pelemahan indeks selama sepekan memang disebabkan karena rupiah yang keok. Sementara, peningkatan IHSG selama dua hari di akhir pekan lebih merupakan technical rebound. Sebab, pelaku pasar melihat indeks sudah melemah cukup dalam dan memanfaatkannya untuk membeli saham-saham dengan valuasi murah.
Untuk sepekan ke depan, William memprediksi IHSG akan bergerak volatil dan cenderung tertekan, mengingat penguatan dua hari terakhir belum cukup stabil. Pelaku pasar juga masih mengkhawatirkan arah pergerakan sentimen global.
Selain itu, The Fed akan melakukan rapat kembali di September ini, sehingga membuat pelaku pasar wait and see. Krisis di Turki, Argentina, dan Afrika Selatan juga harus dicermati karena berdampak pada emerging market lainnya, termasuk Indonesia.
Ia memprediksi pekan depan IHSG akan tertekan namun masih bisa diantisipasi, dengan rentang pergerakan 5.800–5.910. William menyarankan beberapa sektor saham yang menarik dicermati oleh investor, di antaranya sektor batubara, perbankan, dan agrikultur.
Sementara, Wafi memprediksi indeks akan bergerak sideways dengan level support 5.750 dan resistance 5.900. Ia menyarankan investor mencermati saham-saham seperti BCAP, TLKM, UNVR dan HMSP. (gram/kontan)