Dolar Tembus Rp 15.000, Ekonomi Indonesia Terguncang

BLOKBERITA, JAKARTA — Kurs jual dollar AS di sejumlah bank besar terpantau sudah menembus level Rp 15.000 pada Rabu (5/9/2018). Kondisi ini menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pantauan Kompas.com hingga pukul 14.57, beberapa bank besar yang masuk ke dalam kelompok Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) IV sudah mematok kurs jual dollar AS di level Rp 15.000. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memasang kurs jual dollar AS sebesar Rp 15.003, sementara PT Bank Central Asia Tbk Rp 15.150, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk Rp 15.050. Adapun PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mematok kurs jual dollar AS sebesar Rp 14.999 per dollar AS dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Rp 14.994. Kemudian, sejumlah bank BUKU III juga telah memasang kurs jual dollar AS menembus Rp 15.000. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mematok kurs jual dollar AS Rp 15.048, PT Bank Danamon Indonesia Tbk Rp 15.075, dan PT Bank OCBC NISP Tbk tepat di Rp 15.000.

Sementara itu, PT Bank Panin Tbk mematok kurs jual dollar AS mencapai Rp 15.050. PT Bank Maybank Indonesia Tbk memasang kurs jual dollar AS pada level Rp 15.065. Berdasarkan data pasar spot Bloomberg, rupiah bertengger pada level Rp 14.933 per dollar AS. Angka ini melemah 2 poin atau 0,01 persen dibandingkan pada pembukaan perdagangan hari ini yang mencapai Rp 14.925 per dollar AS. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.925 hingga Rp 14.933 per dollar AS. Adapun berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada pada level Rp 14.927 per dollar AS.

Presiden Joko Widodo menegaskan, pelemahan nilai tukar terhadap dollar Amerika Serikat bukan hanya terjadi terhadap rupiah, tetapi juga mata uang negara lain. "Tidak hanya negara kita, Indonesia, yang terkena pelemahan kurs, tidak hanya Indonesia," ujar Presiden Jokowi di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu. Menurut Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed), perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina. "Ini faktor eksternal yang bertubi-tubi. Saya kira yang paling penting kita harus waspada, kita harus hati-hati," ujar Jokowi. (bazz/kmps)

Subscribe to receive free email updates: