"Berdasarkan data yang dihimpun dari bank-bank penyalur, sampai dengan posisi Juni 2018 KUR telah tersalurkan kepada 40.596 debitur, meningkat 10.158 debitur dibanding posisi akhir tahun 2017," ungkap Bambang di Ambon, Jumat (3/8).
Sedangkan untuk baki debet sebesar Rp696,01 miliar, meningkat Rp233,71 miliar (50,55) persen dibandingkan posisi Desember 2017 yang tercatat sebesar Rp462,30 miliar.
"Kualitas kredit sedikit menurun, NPL (Non Performing Loan) tercatat sebesar 2,55 persen, meningkat dari Desember 2017 sebesar 2,08 persen," katanya.
Menurut dia, pengguna KUR oleh pelaku usaha mikro dan kecil, mayoritas masih dimanfaatkan untuk modal kerja usaha tercermin dari penggunaan KUR untuk modal kerja kerja mencapai Rp496,33 miliar atau 71,31 persen dari total KUR. Untuk investasi sebesar Rp199,68 miliar (28,69) persen.
Kemudian kalau dilihat KUR menurut plafon kredit, jenis KUR Mikro masih mendominasi dengan baki debet sebesar Rp478,20 miliar atau 68,71 persen dari total baki debet penyaluran KUR, sedangkan KUR Ritel tercatat sebesar Rp217,81 miliar atau 31,29 persen dari total KUR.
"KUR Mikro diberikan dengan plafon maksimal Rp25 juta dan KUR Ritel diberikan dengan plafon Rp25 juta sampai dengan Rp500 juta," ujar Bambang.
Karena itu, untuk mendorong pertumbuhan usaha produktif skla mikro dan kecil di Provinsi Maluku, target plafon penyaluran KUR tahun 2018 meningkat menjadi Rp736,34 miliar. Untuk periode Januari-Juni 2018 telah tersalurkan KUR sebesar Rp307,69 miliar atau 41,79 persen dari target. Bank penyalur KUR di Provinsi Maluku ada empat yakni bank PT. BRI, PT. Bank Mandiri, PT. BNI dan PT. Bank Artha Graha.
"Penyaluran KUR menjadi perhatian OJK dan Pemerintah, karena itu pihaknya sepakat dengan Dirjen Kuangan Negara, Bank Indonesia, SKPD dan bank pelaksana KUR untuk melakukan forum koordinasi secara berkala untuk memantau dan mengevaluasi perkembangan KUR dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan," katanya.
Selain KUR, Bambang menyatakan pihaknya juga mencatat bahwa penyaluran kredit untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada posisi triwulan II tahun 2018 meningkat sebesar 6,44 persen (yoy) atau sebesar Rp187,28 miliar menjadi Rp3,09 triliun.
Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di triwulan I 2018 yang tercatat sebesar 15,64 persen (yoy).
"Penyaluran kredit UMKM masih didominasi kepada usaha kecil mencapai Rp1,31 triliun atau sebesar 42,48 persen dari total kredit UMKM. Sedangkan NPL kredit UMKM triwulan II tahun 2018 tercatat sebesar 2,88 persen, membaik dari triwulan I tahun 2018 yang tercatat sebesar 3,32 persen dan masih dibawah NPL kredit UMKM nasional yang tercatat sebesar 4,50 persen dan NPL indikatif nasional maksimal sebesar 5 persen," ungkap Bambang.
Sementara itu, kinerja penyaluran pembiayaan Bank Syariah pada triwulan I 2018 menunjukan perkembangan positif, tumbuh sebesar 32,77 persen (yoy) atau senilai Rp41,88 miliar menjadi Rp169,70 miliar dengan rasio NPF (Non Performing Financing) sebesar 0,99 persen.
"Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I 2018 yang tercatat sebesar 45,94 persen (yoy), namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang tercatat sebesar 11,20 persen," kata Bambang.
Sedangkan kinerja industri keuangan non bank (IKNB), untuk dana pensiun, total aset meningkat sebesar 7,39 persen (yoy) atau senilai Rp11,04 miliar menjadi Rp160,49 miliar. Untuk aset Modal Ventura tercatat sebesar Rp3,26 miliar atau meningkat 103,53 persen.
Selanjutnya, perkembangan kinerja pasar modal, jumlah investor pada triwulan II 2018 meningkat sebesar 78,77 persen (yoy) atau sebanyak 961 investor menjadi 2.181 investor.
Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 yang tercatat sebesar 74,24 persen (yoy).
"Jenis investasi yang paling banyak diminati yakni Reksadana sebanyak 1.312 rekening, investasi saham sebanyak 1.180 rekening dan Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 230 rekening. Peningkatan jumlah investor juga diikuti dengan peningkatan nilai transaksi saham yang bertambah sangat signifikan dari Rp14.280 miliar pada Juni 2017 menjadi Rp226,95 miliar pada posisi triwulan II 2018," ungkap Bambang. (MP-2)