Plt Gubernur dalam sambutannya, mengatakan ibadah puasa yang dijalani umat muslim kini telah memasuki hari keenam atau fase pertama, yaitu fase rahmat
"Semoga ibadah puasa yang dijalani basudara Muslim ini mulai dari fase Rahmat pengampunan hingga fase pembebasan dari api neraka. Basudara senantiasa mendapat curahan rahmat dari Allah SWT, sert menjadi insan yang bertakwa, pribadi yang melimpah dengan kearifan dan kebijaksana, serta menjadi rahmat untuk sesama," ujarnya.
Dijelaskan Sahuburua, Melalui momentum tersebut, dirinya mengajak basudara muslim di daerah ini untuk menjalankan ibadah puasa dengan sebaik-baiknya agar dapat memaknai hikmah ibadah puasa ini dalam rangka pembentukan karakter diri keadaban bangsa.
“Karena ibadah puasa merupakan momentum yang sangat tepat untuk kita melakikam introfeksi diri dan berefleksi atau dengan kata lain melalui latihan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan ini, samua bisa kalesang diri agar terjadi perubahan pola pikir dan karakter dari budaya bakulae ke budaya baku bae, dari budaya baku marah ke budaya baku sayang, dari budaya talamburang ke budaya kalesang dan sebagainya,”katanya.
"Maka sejatinya puasa yang kita laksanakan bukan hanya untuk menggugurkan kewajiban, tetapi seharusnya puasa bermakna untuk pembentukan pribadi yang memiliki kualitas hidup yang terbaik," katanya menambahkan.
Dalam spirit tersebut, Sahuburua mengajak umat beragama di saumlaki dan sekitarnya untuk kota meningkatkan kualitas kerukunan antar umat beragama, sebagai upaya bersama untuk mengembangkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan umat beragama terbaik di Indonesia.
“Sesuai data Litbang Kemenag RI, Maluku masuk 3 besar provinsi yang mempunyai indeks kerukunan terbaik di Indonesia. Sedangkan menurut Setara Institut, Ambon dan Tual termasuk dalam 10 kota yang memiliki indeks kerukunan terbaik di Indonesia,”ungkapnya.
Sahuburua juga menghimbau kepada masyarakat MTB untuk belajar saling memahami, mempercayai, menghormati, mencintai, membangakan, saling menopang, sebagaimana petuah suci orang Maluku "potong di kuku rasa di daging, ale Rasa beta rasa, dan sagu salempeng dibagi dua", dalam rangka mewujudkan momentum pilkada yang damai, demokratis, berkeadaban, dalam spirit hidop orang basudara.
"Inilah kualitas beragama yang perlu terus kita kembangkan dalam rangka mewujudkan pembangunan Maluku yang rukun, aman, damai, sejahtera, adil berdaya saing dan religius, dijiwai semangat siwalima," pungkasnya.
Di tempat yang sama, Ustad Moh Atatmimi dalam tausyah-nya, mengatakan sebagai umat beragama diajarkan untuk saling menebar damai satu sama lain. Dalam ajaran Kristen ada kasih sayang, sedangkan di dalam ajaran Islam ada rahmat, yang kedua memiliki.makna yang sama.
"Untuk itu, kita harus menjaga persatuan unsur umat beragama. Dan ini adalah makna hakiki dari ajaran Allah SWT," tuturnya.
Menurut Atamimi, terkadang orang memaknai taqwa adalah hubungan dengan Allah, yang mempunyai dimensi spiritual. Dengan menjaga hubungan baik dengan Allah dan jalankan perintah dan jauhi larangannya
“Dalam ibadah puasa ini adalah menahan lahiriah diri dari makan dan minuman. Namun secara dimensi spiritual dari ibadah puasa ini adalah menjaga seluruh anggota eksekutif, tubuh kita yakni mata, telinga, tangan, kaki, perut, kemaluan. Itulah sesungguhnya dimensi spiritual dan sosial dari puasa itu dan yang jadi ajaranya adalah hati,"pungkasnya. (MP-6)