BONEPOS.COM, BONE - Adu kekuatan betis atau dikenal dengan tradisi Malanca merupakan tradisi unik turun temurun masyarakat di Sulawesi Selatan. Pada umumnya, tradisi ini dilakukan setiap tahun usai panen raya dan diselenggarakan dalam bentuk pesta syukuran.
Tradisi Mallanca atau Mapalanca dilakukan adalah saling mengadu kekuatan kaki dengan menendang betis satu sama lain. Setiap pria tua maupun muda unjuk kekuatan betis mereka secara bergantian dalam satu arena.
Seperti yang ada di Dusun Taddagae Desa Walenreng, Kecamatan Cina kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dimana para petani masih melestarikan tradisi ini. Meski terkesan anarkis namun tradisi ini selalu disambut dengan penuh gembira dan suka cita oleh masyarakat setempat.
Lokasi pagelaran tradisi Mallanca dilakukan disebuah areal persawahan yang habis dipanen. Ratusan orang berbondong-bondong datang sementara para kaum ibu membawa makanan untuk disantap sebagai pertanda dimulainya acara.
Sebelum makanan disajikan kepada ratusan peserta malanca, terlebih dahulu diadakan ritual selamatan oleh pemuka agama setempat. Setelah ritual selamatan, warga beramai-ramai menyantap makanan bersama.
Usai santap bersama, warga kemudian berkumpul membentuk sebuah lingkaran di sebuah lahan kosong tempat dimana arena adu betis malanca ini akan digelar. Satu persatu peserta bergantian masuk kedalam lingkaran untuk memperagakan kekuatan betisnya. Beberapa peserta mengalami kesakitan bahkan keseleo akibat hantaman kaki, namun hal itu sudah menjadi biasa dan menjadi sarana hiburan.
"Tradisi Malanca yang digelar ini merupakan tradisi tahunan, setiap warga usai melakukan panen padi yang melimpah, sebagai tanda syukur pada ilahi. Tradisi Malanca ini melibatkan tiga generasi, "kata Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Dahlan, kepada Bonepos.com, Kamis 28 Desember 2017
Penulis : Amry Amas
Editor : Jumardi Ramling
Tradisi Mallanca atau Mapalanca dilakukan adalah saling mengadu kekuatan kaki dengan menendang betis satu sama lain. Setiap pria tua maupun muda unjuk kekuatan betis mereka secara bergantian dalam satu arena.
Seperti yang ada di Dusun Taddagae Desa Walenreng, Kecamatan Cina kabupaten Bone, Sulawesi Selatan dimana para petani masih melestarikan tradisi ini. Meski terkesan anarkis namun tradisi ini selalu disambut dengan penuh gembira dan suka cita oleh masyarakat setempat.
Lokasi pagelaran tradisi Mallanca dilakukan disebuah areal persawahan yang habis dipanen. Ratusan orang berbondong-bondong datang sementara para kaum ibu membawa makanan untuk disantap sebagai pertanda dimulainya acara.
Sebelum makanan disajikan kepada ratusan peserta malanca, terlebih dahulu diadakan ritual selamatan oleh pemuka agama setempat. Setelah ritual selamatan, warga beramai-ramai menyantap makanan bersama.
Usai santap bersama, warga kemudian berkumpul membentuk sebuah lingkaran di sebuah lahan kosong tempat dimana arena adu betis malanca ini akan digelar. Satu persatu peserta bergantian masuk kedalam lingkaran untuk memperagakan kekuatan betisnya. Beberapa peserta mengalami kesakitan bahkan keseleo akibat hantaman kaki, namun hal itu sudah menjadi biasa dan menjadi sarana hiburan.
"Tradisi Malanca yang digelar ini merupakan tradisi tahunan, setiap warga usai melakukan panen padi yang melimpah, sebagai tanda syukur pada ilahi. Tradisi Malanca ini melibatkan tiga generasi, "kata Salah seorang tokoh masyarakat setempat, Dahlan, kepada Bonepos.com, Kamis 28 Desember 2017
Penulis : Amry Amas
Editor : Jumardi Ramling