“Kebau moa adalah salah satu plasma nutfah Maluku yang telah dilepaskan oleh Mentri pertanian menjadi komunitas peternakan unggul nasional,” ujarnya di Ambon, Senin (20/2).
Menurut Padang, yang menjadi masalah saat ini adalah pengembangan Kerbau Moa, dalam hal ini kekurangan air pada musim kemarau panjang, mengingat habitat dari kerbau moa di dalam lumpur. Untuk itu, pihaknya mengupayakan untuk pembuatan kubangan sebagai tempat berlindung kerbau.
“Ini sudah diantisipasi oleh Dinas Pertanian provinsi maupun kabupaten MBD, dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) kami berupaya membuat kubangan untuk kehidupan kerbau Moa kedepan,” ungkapnya.
Padang mengakui, saat ini kerbau moa sudah mulai dijual ke Sulawesi Tengah, untuk itu perlu ada regulasi yang ketat dalam penjualan kerbau moa ke luar daerah.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Pemkab MBD untuk ada regulasi. Hal ini dilakukan untuk kelestarian kerbau Moa,” tuturnya.
Sementara itu, mantan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Suriadi Sembirin mengungkapkan, yang perlu ditingkatkan saat ini adalah masalah pasar, sehingga peternak tidak dirugikan. Selain itu, dengan adanya program tol laut maka penjualan kerbau moa bisa langsung ke Jakarta, tidak perlu lagi diambil dari Australia.
“Jika hal ini, dilakukan maka akan mengangkat harkat martabat daerah perbatasan sebagai daerah garda terdepan yang memiliki potensi peternakan yang melimpah,” tegasnya.
Gubernur Maluku, Said Assagaff pada kesempatan itu mengakui sudah meminta bantuan dari Universitas Hasanudin untuk melakukan kawin suntuk untuk kerbau moa, mengingat saat ini kerbau moa sudah mulai dikirim keluar, sedangkan populasi kerbau moa yang ada saat ini hanya mencapai 25 ribu.
“Saya pingin ada kerjasama antar daerah di Maluku, seperti Kabupaten Buru bisa mengambil kerbau moa untuk membuka lahan sawah baru, jika terjadi kekurangan makanan di Kabupaten MTB bisa mengambil hotong dari pulau Buru, sehingga ada keterikatan antar wilayah dan pertumbuhan ekonomi bisa berkembang secara bersama-sama,”pungkasnya. (MP-7)