"Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga diterima petani (IT) sebesar 0,56 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (IB) justru mengalami peningkatan sebesar 0,19 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku, Dumangar Hutauruk, di Ambon, Senin (3/10).
Dia mengatakan, pencapaian NTP tertinggi pada September 2016 masih terjadi di sub sektor tanaman hortikultura yakni sebesar 113,08.
Sedangkan, NTP terendah di sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang masih bertahan pada level 100 yaitu sebesar 93,92.
"Penurunan NTP disumbangkan oleh menurunnya NTP pada tiga subsektor. Tertinggi pada subsektor tanaman pangan sebesar 2,01 persen, diikuti sektor perikanan 1,00 persen dan perkebunan rakyat sebesar0,98 persen," ujarnya.
Sedangkan, sub sektor tanaman hortikultrura dan sub sektor peternakan mengalami peningkatan NTP sebesar 0,07 persen, dan 0,84 persen.
Dumangar mengemukakan, NTP Provinsi Maluku tanpa sub sektor perikanan pada September 2016 sebesar 101,22, atau menurun sebesar 0,71 persen dibanding Agustus 2016 yang tercatat 101,94.
Pada September 2016 terjadi inflasi perdesaan di Provinsi Maluku sebesar 0,21 persen yang disebabkan oleh empat kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks atau inflasi perdesaan.
Tercatat yang tertinggi pada kelompok sandang sebesar 0,80 persen, diikuti kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,77 persen.
Kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga sebesar 0,57 persen, dan kelompok perumahan 0,17.
Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi perdesaan adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,02 persen, kesehatan 0,03 persen serta kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,09 persen.
Nilai tukar usaha rumah tangga pertanian (NTUP) Provinsi Maluku pada September 2016 tercatat sebesar 119,34, menurun sebesar 0,67 persen dibanding Agustus 2016 yang tercatat sebesar 120,14. (MP-4)