"Dari Weduarfer ke Kilwat itu jaraknya 14 KM dan sepanjang pesisir pantainya ada sekitar lima dusun dan desa dengan jumlah penduduk sekitar 500 kepala keluarga(KK)," kata Ketua Komisi C DPRD Maluku, Freddy Rahakbauw di Ambon, Rabu (28/9).
Keluhan masyarakat ini disampaikan kepada Freddy saat melakukan kunjungan reses di daerah itu selama sepuluh hari.
Menurut dia, ada dana dari APBN tahun anggaran 2015 di Kei Besar untuk membangun sarana air bersih yang bagus hasilnya di desa Watsin, Kecamatan Kei Besar.
"Warga Elat ini saya kumpulkan untuk berdialog dan mereka menyampaikan terima kasih kepada Dinas PU Maluku atas hasil pekerjaan berupa sarana air bersih," ujarnya.
Tetapi desa-desa lain mulai dari Weduarfer itu sangat kesulitan air bersih dan mereka minta ada proyek serupa. Namun, sumber airnya dari Desa Kilwat yang masuk wilayah Kecamatan Kei Besar Selatan dan berjarak sekitar 14 KM.
Sedangkan, Weduarfer masuk Kecamatan Kei Besar Selatan Barat dan jarak air 14 KM sehingga warganya diarahkan membuat proposal sebagai bukti untuk dimasukkan ke Pemprov Maluku agar bisa dibiayai APBN," katanya.
Untuk jalur Kilwat-Weduarfer ada lima dusun dan kampung yang dihuni sekitar 400-500 KK.
Jadi disamping masalah air bersih, mereka juga membutuhkan talud penahan gelombang, talud pantai, talud darat, serta talud pemecah gelombang.
Warga juga membutuhkan sarana jalan, tetapi di sana bukan jalan provinsi sehingga pembiayaannya dari APBD Kabupaten Maluku Tenggara.
Mereka juga berharap agar kucuran dana tahun anggaran 2017 nanti bisa disiapkan dana untuk menyelesaikan pembangunan jembatan Fair maupun Tetoad yang merupakan lokasi penyeberangan dari Dian Pulau dan Tetoad.
"Kita berharap untuk kucuran dana tahun anggaran 2017 keduanya bisa dikerjakan, terutama jembatan Fair," tandasnya. (MP-2)